AS Veto Resolusi DK PBB Soal Gencatan Senjata saat Korban Tewas di Gaza Capai 43.972 Jiwa
JAKARTA - Amerika Serikat pada Hari Rabu memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata dalam perang Israel di Gaza, menuduh anggota dewan secara sinis menolak upaya untuk mencapai kompromi.
Dewan yang beranggotakan 15 negara itu menggelar pemungutan suara resolusi yang diajukan oleh 10 anggota tidak tetapnya, dalam pertemuan yang menyerukan "gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen", secara terpisah menuntut pembebasan sandera.
Hanya AS yang memberikan suara menentang, menggunakan hak vetonya sebagai anggota tetap dewan untuk memblokir resolusi tersebut, dikutip dari Reuters 20 November.
Seorang pejabat senior AS yang memberi pengarahan kepada wartawan dengan syarat anonimitas sebelum pemungutan suara mengatakan, AS hanya akan mendukung resolusi yang secara eksplisit menyerukan pembebasan sandera segera sebagai bagian dari gencatan senjata.
"Seperti yang telah kami nyatakan berkali-kali sebelumnya, kami tidak dapat mendukung gencatan senjata tanpa syarat yang tidak menyerukan pembebasan sandera segera," kata pejabat itu.
Menjelang pemungutan suara, Inggris mengajukan usulan baru yang akan didukung AS sebagai kompromi, tetapi ditolak, kata pejabat AS itu.
Beberapa dari 10 anggota dewan terpilih (E10) lebih tertarik untuk mengajukan veto AS daripada berkompromi pada resolusi itu, kata pejabat itu, menuduh Rusia dan China mendorong para anggota itu.
Baca juga:
"China terus menuntut 'bahasa yang lebih kuat' dan Rusia tampaknya berusaha keras dengan berbagai 10 anggota (terpilih) itu," kata pejabat itu.
"Hal ini sungguh melemahkan narasi ini merupakan refleksi organik dari E10 dan ada beberapa pendapat, beberapa anggota E10 menyesalkan mereka yang bertanggung jawab atas penyusunannya membiarkan prosesnya dimanipulasi untuk apa yang kami anggap sebagai tujuan sinis."
Terpisah, otoritas kesehatan Gaza pada Hari Rabu mengonfirmasi, jumlah korban tewas Palestina sejak konflik terbaru pecah Oktober tahun lalu telah mencapai 43.972 orang dan melukai 104.008 lainnya. Mayoritas korban adalah anak-anak dan wanita, dikutip dari WAFA.