Dompet Dhuafa Hadirkan Musala Darurat di Lokasi Pengungsi Gunung Lewotobi Laki-laki

JAKARTA – Pengungsi letusan gunung Lewotobi Laki-laki senang dengan adanya musalah darurat yang disediakan oleh relawan Dompet Dhuafa.

“Untuk semua masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi, mohon tetap beribadah dan terus berdoa memohon berkat Tuhan. Supaya kita punya kekuatan menerima apa yang terjadi sebagai ujian untuk kita, tetap sabar menghadapi segala musibah,” ujar Hasnah Eswutun pada Senin 18 November.

Hasnah Eswutun merupakan salah satu pengungsi erupsi Gunung Lewotobi yang berasal dari Kampung Lamahala, Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Saat ini, dia bersama keluarganya dan warga Kampung Lamahala mengungsi di sebuah rumah kecil yang dikelilingi pemandangan sawah, berlokasi di Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT.

Pengungsian mandiri ini terdiri atas atap terpal dan dipan bambu yang berfungsi sebagai tempat duduk sekaligus tempat tidur. Toilet yang tersedia hanya satu kamar, sementara jumlah pengungsi mencapai puluhan orang dari berbagai usia. Akibatnya, setiap orang harus mengantre untuk menggunakan toilet.

Di bagian belakang, terlihat beberapa peralatan dapur sederhana dan penyintas yang bahu-membahu mendirikan dapur umum dan Pos Hangat bersama Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa.

Musalah darurat yang ada di lokasi pengungsian Gunung Lewotobi Laki-laki. (IST)

Pengungsian ini cukup beruntung karena lokasinya memungkinkan akses air bersih secara dekat. Di satu sisi, pepohonan rindang menambah kesejukan di tengah situasi tanggap darurat seperti ini.

Namun, dengan segala kelebihan yang ada, terdapat pula beberapa ancaman. Meski NTT sering mengalami cuaca panas, wilayah ini juga rawan hujan deras dan angin kencang.

“Yang paling dikhawatirkan itu banjir dan hujan. Kalau hujan, angin bisa mengangkat terpal. Apalagi hanya menggunakan bambu seperti ini. Airnya masuk, tidurnya jadi tidak nyaman. Tapi ya akhirnya tetap tidur, mau bagaimana lagi? Mau lari keluar juga hujan,” ujar Hasnah dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi VOI.

Meski menghadapi banyak keterbatasan, Hasnah tetap optimis menghadapi situasi darurat. Di sela-sela kegelisahannya, dia terus berdoa agar situasi segera membaik. “Berdoa, berdoa saja,” ujarnya tegar.

Jawaban atas doa Hasnah dan penyintas lainnya datang pada Senin (18/11/2024), ketika berdiri Musala Darurat hasil kolaborasi lembaga kemanusiaan, termasuk DMC Dompet Dhuafa.

Dengan ukuran 7 x 9 meter, musala ini dilengkapi jam, pengeras suara, tempat wudu, sajadah, dan beberapa Al-Qur'an. Keberadaan musala tersebut membuat penyintas merasa lebih tenang dalam menunaikan ibadah. “Pikiran bisa tenang, kita bisa mengaji, salat lima waktu. Malam Jumat bisa membaca Yasin,” kata Hasnah.

Hasnah bernazar akan melanjutkan usahanya menjual lauk dan sayuran di pasar jika keadaan sudah normal. Biasanya, dalam sehari ia bisa menghasilkan pendapatan Rp500.000–Rp600.000. Namun, selama masa tanggap darurat, Hasnah dan suaminya yang berjualan sandal serta sepatu keliling pasar tidak memiliki penghasilan.

“Kalau ramai bisa dapat Rp500.000–Rp600.000 sehari. Dari situ saya simpan Rp100.000, sisanya untuk belanja barang lagi. Alhamdulillah itu cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sekarang tidak ada pemasukan sama sekali,” imbuhnya.

Ketika erupsi terjadi, Hasnah baru saja kembali dari Maumere untuk mengambil pasokan sayur. Barang belanjaan yang ia beli kemudian dibawa ke posko pengungsian dan dikonsumsi bersama penyintas lainnya.

“Waktu itu saya baru belanja dari Maumere, sudah siap-siap mau ke pasar, eh gunung meletus. Jadi barang belanjaan itu kami bawa ke sini (posko pengungsian) untuk makan bersama. Tidak jadi jualan, uang habis semua,” kenangnya.

Hasnah berharap situasi segera pulih agar dia bisa kembali berjualan untuk menghidupi keluarga, memberi makan anak-anak, dan melunasi utang.

“Kawan Baik, mari kita doakan dan bantu ulurkan tangan untuk kesejahteraan dan keselamatan warga penyintas erupsi Gunung Lewotobi. Semoga situasi segera pulih dan mereka bisa menatap masa depan yang lebih baik.”