Xi Jinping dan Joe Biden Bahas Stabilitas Hubungan China-AS di Tengah Tantangan Global
JAKARTA - Presiden China, Xi Jinping, bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, di sela KTT ke-31 APEC di Lima, Peru. Melalui pertemuan ini, Xi menyatakan senang dapat bertemu kembali dengan Biden, Xi mengakui hubungan China-AS selama empat tahun terakhir mengalami pasang-surut.
Kendati demikian, di bawah kepemimpinan bersama kedua presiden, kedua belah pihak juga terlibat dalam dialog dan kerja sama yang bermanfaat, serta hubungan mereka secara keseluruhan tetap stabil.
Xi mengatakan, arah hubungan China-AS telah membuktikan validitas dari berbagai pengalaman dan inspirasi yang diperoleh dari hubungan diplomatik selama 45 tahun terakhir.
Di saat kedua negara memperlakukan satu sama lain sebagai mitra dan teman, mencari kesamaan sambil mengesampingkan perbedaan, serta saling membantu untuk meraih kesuksesan, hubungan mereka akan mengalami kemajuan yang signifikan.
Sebaliknya, jika mereka menganggap satu sama lain sebagai pesaing atau musuh, mengejar persaingan yang sengit, dan berusaha untuk saling menyakiti, hubungan mereka akan terganggu dan bahkan mengalami kemunduran.
Memperhatikan, umat manusia sedang dihadapkan pada tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia yang bergejolak ini, dengan konflik yang sering terjadi dan masalah lama yang semakin diperburuk oleh masalah baru, Xi mengatakan, persaingan antarnegara besar seharusnya tidak menjadi logika dasar saat ini.
Hanya melalui solidaritas dan kerja sama, umat manusia dapat mengatasi berbagai kesulitan yang ada saat ini. Di era babak baru revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi serta transformasi industri yang sedang berkembang pesat, Xi menuturkan pemisahan (decoupling) maupun disrupsi rantai pasokan bukanlah solusinya.
Ia menekankan, hanya kerja sama yang saling menguntungkan yang dapat mengarah pada pembangunan bersama. Xi juga menyebut pendekatan "ruang terbatas, keamanan tinggi" (small yard, high fences) bukanlah sesuatu yang harus dikejar oleh negara besar. Sebaliknya, hanya keterbukaan dan saling berbagi yang dapat memajukan kesejahteraan umat manusia.
Sebagai dua negara besar, China dan AS harus memikirkan kepentingan seluruh dunia, serta menyuntikkan lebih banyak kepastian dan energi positif ke dalam dunia yang sedang bergejolak, imbuhnya.
Xi menekankan keyakinannya yang konsisten, hubungan China-AS yang stabil, yang merupakan hubungan bilateral paling penting di dunia, sangat krusial tidak hanya untuk kepentingan rakyat China dan AS, tetapi juga untuk masa depan dan nasib seluruh umat manusia.
Kedua belah pihak hendaknya mengingat kesejahteraan kedua bangsa dan kepentingan bersama masyarakat internasional, membuat pilihan yang bijaksana, terus menjajaki cara yang tepat agar kedua negara besar dapat rukun, dan mewujudkan hidup berdampingan secara damai dalam jangka panjang di planet ini, imbuhnya.
Baca juga:
Xi menyoroti pemilihan umum AS baru-baru ini, dan menekankan, tujuan China untuk hubungan China-AS yang stabil, sehat, dan berkelanjutan tetap tidak berubah.
Xi mengatakan komitmen China untuk saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan sebagai prinsip-prinsip dalam menangani hubungan China-AS tetaplah tidak berubah.
Posisi China yang teguh dalam menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya tetap tidak berubah. Begitu juga, keinginan China untuk melanjutkan persahabatan tradisional antara rakyat China dan AS tetaplah sama, imbuhnya.
Sang presiden mengatakan China siap bekerja sama dengan pemerintah AS untuk mempertahankan dialog, memperluas kerja sama, dan mengelola perbedaan, sehingga dapat mengupayakan transisi yang stabil dalam hubungan China-AS demi kepentingan kedua bangsa.