Nuansa Magis Film Bisu Hitam Putih Karya Garin Nugroho Hadir dalam Cine-Concert Samsara

JAKARTA - Menghidupkan kembali zaman keemasan dahulu kala dan era sekarang dalam industri perfilman menjadi ramuan yang disajikan sutradara Garin Nugroho lewat film Samsara. Satu Film Bisu tanpa dialog dengan format hitam putih yang berlatar cerita dan tempat di Bali tahun 30-an.

Dibintangi aktor Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett. Dalam Film Samsara ada banyak sekali elemen tradisi budaya lalu digabungkan dengan unsur modern, seperti paduan musik gamelan Bali dan musik elektronik.

"Era dahulu adalah film bisu di awal industri kita itu adalah masa-masa emas. Samsara menggabungkan metode antara film bisu, wayang kulit, duo musik elektronik Gabber Modus Operandi yang jadi tren di klub-klub, penari sampai musik gamelan," papar Garin Nugroho.

Sutradara Samsara itu juga mengungkapkan bahwa karya-karya yang dibuatnya memang mau dihadirkan dalam banyak format.Menciptakan dan membuka ruang penjelajahan baru di dunia seni. Project yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini juga hadir dalam dua format yakni sinema atau film dan pertunjukan cine-concert. Buat versi pementasan, Samsara memang ingin memberi satu pengalaman yang berbeda buat penonton.

"Kalau saya bikin Opera Jawa ada pertunjukan, karya seni instalasi, dan semuanya bertransformasi dalam berbagai bentuk seni. Samsara juga saya bikin ada filmnya, cine-concert, pameran fashion, karya seni instalasi pada dunia transformatif jadi ciri yang sekarang," ujar Garin Nugroho pada Jumat, 15 November di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.

Samsara dalam format panggung cine-concert bakal ditampilkan di dua kota, yaitu di Yogyakarta pada 5 Desember 2024, dan tanggal 13-15 Desember 2024 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.

Bercerita tentang seorang pria dari keluarga miskin yang ditolak lamarannya oleh orang tua kaya dari perempuan yang dicintainya. Dia melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan harta kekayaan.

Tapi dalam prosesnya, ritual tersebut malah mengutuk istri dan anaknya hingga menderita. Samsara menampilkan banyak elemen pertunjukan tradisional Bali seperti orkestra gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang yang dipadukan dengan musik elektronik digital serta tari dan topeng kontemporer.

Samsara yang mempunyai arti 'terlahir kembali' menjadi satu project unik yang menggabungkan seni pertunjukan dan sinema ini sebelumnya mendulang sukses saat tampil di Esplanade Concert Hall, Singapura pada tanggal 10 Mei 2024, dan pada tanggal 16 Agustus 2024 dalam acara Indonesia Bertutur (Intur) 2024 yang digelar di Peninsula Island, Nusa Dua, Bali.

Saat pertunjukan di Bali, cine-concert Samsara ditonton lebih dari 2.500 orang, dan sebagian besar penonton serta penikmat seni terpukau dengan magisnya pementasan tersebut. Apresiasi yang tinggi juga diharapkan ada di dua kota selanjutnya yaitu Yogyakarta dan Jakarta, dan mungkin juga nanti di kota-kota lainnya di dunia.

Para seniman dan penari ternama di tanah air dan Bali seperti: Maestro tari I Ketut Arini,Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Cok Sawitri, Aryani Willems, dan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, serta penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali ini akan dilibatkan dan disertakan dalam produksi Samsara

"Melihat perjalanan Mas Garin dengan sajian yang sangat kental dengan budaya dan tradisi Indonesia, ketika menonton itu nggak cuma memanjakan mata dan telinga saja," ungkap Billy Gamaliel selaku Program Manager Bakti Budaya Djarum Foundation.

Lebih lanjut Billy juga mengatakan, "Dalam Samsara ada banyak sekali elemen budaya dan tradisi, kemudian digabungkan dengan modern. Sejalan dengan misi yang kami lakukan, mendekatkan budaya dan tradisi Indonesia melalui panggung pertunjukan, ini sinergi yang sangat menarik apalagi setelah kesuksesan pertunjukan dunia pertama di Singapura, semoga ini jadi sajian penutup yang manis dari penikmat seni pertunjukan."

Nantinya, Samsara juga akan menampilkan pertunjukan musik Gamelan Bali yang dibawakan oleh Wayan Sudirana, seorang komposer musik dan etnomusikolog lulusan University of British Columbia, Kanada. Serta musik elektronik digital yang dibawakan oleh grup musik Gabber Modus Operandi, yaitu Kasimyn dan Ican Harem dengan sajian musik hasil persilangan beberapa genre.