Gangguan Mental Bisa Memperburuk Kondisi Pasien Diabetes, Ini Penjelasan Dokter

JAKARTA - Diabetes termasuk penyakit kronis yang tidak hanya memengaruhi kondisi fisik, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental. Sebaliknya, gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan stres kronis dapat memperburuk kondisi pasien diabetes.

Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF), tiga dari empat penderita diabetes mengalami kecemasan dan depresi setelah diagnosis, sementara empat dari lima penderita merasa burnout akibat kondisi tersebut.

Hubungan timbal balik antara kesehatan mental dan kondisi diabetes menjadi tantangan besar dalam mengelola penyakit diabetes, yang membutuhkan pendekatan holistik agar pasien dapat mencapai kualitas dan harapan hidup yang optimal.

"Tentu, kondisi kesehatan mental ini sangat berpengaruh pada pasien diabetes. Faktornya ada banyak, seperti pengobatan jangka panjang yang mungkin bisa membuat pasien merasa kelelahan hingga putus asa. Jika tidak dikelola dengan baik, pasien bisa mengalami gangguan mental yang pada gilirannya memperburuk kondisi diabetes yang dialami"

Demikian kata dokter spesialis penyakit dalam, konsultan endokrin dan metabolik, Rulli Rosandi, dalam diskusi media "Diabetes and Well-being" yang digelar Novo Nordisk Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.

Dokter Rully menjelaskan, penderita diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2, sering kali menghadapi beban emosional akibat perubahan gaya hidup, ketergantungan pada pengobatan, dan komplikasi kesehatan yang mungkin timbul.

Tekanan ini meningkatkan risiko gangguan mental, terutama depresi. Menurut penelitian, prevalensi depresi pada pasien diabetes dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum.

Di sisi lain, gangguan mental juga dapat memperburuk kontrol gula darah. Ketika seseorang mengalami depresi atau kecemasan, mereka cenderung mengabaikan rutinitas perawatan diabetes, seperti menjaga pola makan, berolahraga, dan mematuhi jadwal pengobatan.

Gangguan mental ini juga dapat memicu peradangan dan meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol, yang berkontribusi pada resistensi insulin dan peningkatan kadar gula darah. 

"Gangguan mental dan diabetes ini saling berkaitan erat yang dapat memperburuk kesehatan pasien. Oleh karena itu, pendekatan holistik yang mencakup perawatan fisik dan mental sangat penting dalam manajemen diabetes," paparnya.