Sebanyak 71 Ribu Perempuan Indonesia Pilih Childfree, Ini Reaksi Veronica Tan

JAKARTA - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Indonesia, Veronica Tan memberikan tanggapan mengenai 71 ribu perempuan Indonesia usia subur (15-49 tahun) tidak ingin memiliki anak tau childfree.

Kabar ini mulanya terungkap dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis data tersebut dalam laporan 2023 berjudul 'Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia'.

BPS menganalisis fenomena childfree di Indonesia dari sisi maternal menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Perempuan usia subur yang penah kawin, namun belum pernah melahirkan serta tak memakai KB jadi fokus dalam survei ini.

Hasilnya, 71 ribu perempuan memilih childfree. Kasus ini lebih banyak ditemukan di Pulau Jawa dengan dominasi domisili DKI Jakarta, Jawa Barat hingga Banten. Pilihan mereka childfree bukan hanya ekonomi, melainkan alasan pribadi, sosial, kesehatan.

Veronica Tan menyebut fenomena perempuan Indonesia yang memilih childfree, karena mereka berada di level pendidikan tinggi dan sudah melihat banyak kasus-kasus dalam rumah tangga.

"Perempuan memilih tidak punya anak. Jadi kalau untuk perempuan yang sudah teredukasi, mereka ngerti bahwa anak itu menjadi sebuah beban kalau kita tidak memberikan yang terbaik dengan kualitas," ucap Veronica Tan, saat ditemui di Kantor Pos Kota Tua, Jakarta pada Kamis, 14 November 2024.

Perempuan dengan pilihan childfree merasa tak bisa memberikan hal yang terbaik untuk anak. Maka dari itu, banyak perempuan Indonesia yang belum siap memiliki anak.

"Akhirnya mereka memilih, saya saja nggak bisa kasih kualitas saya dengan baik, ngapain saya punya anak," tuturnya.

Namun perempuan yang tak berpendidikan dan tak punya edukasi soal pernikahan, mereka akan memilih pernikahan dini. Apalagi, pernikahan dini dilakukan sebelum usia 19 tahun dan tidak mengetahui efek jangka panjangnya.

Hingga akhirnya, perempuan yang tak punya edukasi soal pernikahan memiliki anak banyak. Hal ini memicu mereka menghadapi banyak masalah. Permasalahan utamanya adalah faktor ekonomi.

"Disamping itu beda kalau ibu-ibu yang tidak teredukasi, perempuan yang tidak teredukasi, itu kan terjadi pernikahan dini," tuturnya.

"Belum sampai umur 19 saja sudah menikah, tapi tanpa tahu jangka panjangnya itu punya anak. Terus kadang-kadang karena nggak diizinkan suami menggunakan KB, akhirnya banyak sekali justru perempuan-perempuan yang belum teredukasi itu punya anak banyak," lanjutnya.

Menurutnya, kejadian inilah yang membuat para perempuan menjadi depresi dan stres. Hingga akhirnya, mereka mengalami masalah kesehatan mental.

"Dan ini menjadikan beban dan ke mental health akhirnya." tutupnya.