Bantul Masih Siaga Darurat Kekeringan Meski November Masuk Musim Hujan

JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul masih memberlakukan status siaga bencana kekeringan dampak kemarau meski November telah masuk musim hujan.

"Kalau siaga kekeringan kami masih berlakukan setelah memperpanjang siaga dari 1 sampai 30 November," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul Antoni Hutagaol saat dikonfirmasi di Bantul, Rabu.

Menurut dia, pertimbangan masih memberlakukan siaga kekeringan tersebut karena sebagian masyarakat di wilayah terdampak kemarau masih memerlukan bantuan air bersih dari pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

"Karena sampai sekarang masih banyak masyarakat yang memohon droping air bersih," katanya.

Menurut dia, status siaga kekeringan tersebut juga mengacu pada Surat Keputusan (SK) Bupati Bantul Nomor 442 Tahun 2024 tentang Status Siaga Darurat Kekeringan di Bantul.

Dalam SK tersebut menyatakan bahwa berdasarkan musim kemarau 2024, beberapa wilayah di Bantul terutama daerah perbukitan dan dataran tinggi berpotensi terjadi kekeringan dan kekurangan air bersih.

Lebih lanjut dia mengatakan, berdasarkan data droping air bersih wilayah Kabupaten Bantul sepanjang 2024 hingga 10 November, telah didistribusikan air bersih sebanyak 1.119 tangki air atau setara dengan sebanyak 5.595.000 liter.

Rinciannya, sebanyak 347 tangki dari BPBD Bantul, kemudian 205 tangki dari Palang Merah Indonesia (PMI), 198 tangki dari Tagana Dinas Sosial Bantul, dan sebanyak 85 tangki dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), serta 281 tangki dari donasi.

"Distribusi air bersih yang dari BPBD Bantul sebanyak 347 tangki itu perinciannya, 246 tangki bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), dan 101 tangki dari CSR (tanggungjawab sosial perusahaan) lewat BPBD," katanya.

Dia menyebutkan, data penerima manfaat bantuan air bersih tersebut sebanyak 3.172 keluarga (KK) yang terdiri 14.028 jiwa, yang tersebar di 10 kecamatan, 25 kelurahan dan 67 dusun atau pedukuhan.