Tak Cuma Kenyang, Manfaat Lebih bagi Tubuh dan Pikiran Saat Makan Bersama Ketimbang Sendiri
JAKARTA - Sebagian orang memilih untuk makan sendiri. Sebab, mereka merasa nyaman ketika makan sendiri. Sayangnya, makan sendirian tak dianjurkan. Sebuah penelitian menyarankan agar seseorang makan bersama keluarga, teman, kerabat atau pun pasangan.
Sejumlah studi dan ahli gizi yang mengatakan makan bersama orang lain dapat mengurangi stres, memperbaiki pencernaan, mengurangi risiko makan berlebihan, dan mendorong pilihan makanan yang lebih sehat.
Bahkan, 91% keluarga merasa lebih sedikit stres ketika mereka berbagi waktu untuk makan bersama. Namun, bagi orang yang hidup sendiri, mereka menganggap makan dengan orang lain bisa menjadi tantangan, terutama karena tinggal sendiri dan bekerja di rumah. Maka dari itu, ajakan untuk berkumpul lebih sering beralih menjadi "ngopi" ketimbang makan malam.
Lalu, mengapa makan bersama orang lain itu sangat penting dan bagaimana cara kita bisa menemukan lebih banyak kesempatan sekaligus meningkatkan pengalaman makan ketika sendirian?
Alasan Makan Bersama Itu Baik untuk Tubuh dan Pikiran
Sebuah perubahan sederhana yang dapat dilakukan, seperti duduk tegak saat makan di meja, biasanya kegiatan ini dilakukan saat makan bersama orang lain. Hal ini dapat meningkatkan pencernaan.
"Karena makanan bergerak lebih lancar melalui saluran pencernaan dibandingkan saat makan sambil membungkuk di depan sofa atau layar komputer," kata ahli gizi terdaftar, Laura Baum, seperti dikutip VOI dari laman Bussines Insider pada Jumat, 8 November 2024.
Lesley Kumar, ahli gizi dan konsultan nutrisi mengatakan bersantai dengan keluarga dan teman saat makan menempatkan tubuh kita dalam keadaan yang disebut parasimpatik, yaitu bagian dari sistem saraf otonom yang mengatur aktivitas tubuh saat sedang istirahat.
Baca juga:
- 4 Cara Melakukan Detoks Ginjal Secara Alami
- Dipenuhi Aura Mistis, Harry Halim Tampilkan Karya Tajam dan Berani Lewat Tajuk Redemtion
- Ganti Kunafa dengan Bihun, Viral Seleb TikTok Mursid Bikin Cokelat Dubai Versi Kreasi Sendiri
- Dipakai Abdul Qohar hingga Tokoh Dunia, Simak Ketahanan Jam Tangan Audemars Piguet yang Harganya Capai Rp1 Miliar
Keadaan parasimpatik ini membantu pencernaan dan memungkinkan tubuh menyerap nutrisi lebih optimal. Sebaliknya, makan ketika dalam keadaan stres atau tegang, seperti saat memeriksa email kerja, bisa mengganggu proses pencernaan dan menyebabkan makan berlebihan.
Baum mengatakan salah satu alasan mengapa makan bersama dapat mengurangi makan berlebihan adalah karena kita cenderung makan lebih lambat saat berbicara dan tertawa bersama orang lain.
"Kita biasanya lebih sering berhenti di antara gigitan, yang berarti kita lebih sadar dengan setiap suapan dan lebih mudah mengenali tanda lapar dan kenyang tubuh kita," ucap Baum.
Penting untuk dicatat bahwa memilih teman makan bisa sama pentingnya dengan memilih makanan. Misalnya, jika orang di sekitar kita cenderung makan makanan sehat dan bergizi. Kumar mengatakan lebih besar kemungkinannya untuk mengikuti pola makan yang sama.
Bagaimana Mengubah Kebiasaan Makan?
Anda tidak perlu pergi keluar untuk makan bersama orang lain. Baum menyarankan untuk memulai "date makan virtual" dengan pasangan, keluarga, teman, atau tetangga sekitar untuk mengurangi waktu makan yang terasa kesepian.
Baum juga menambahkan bahwa sekadar menjadi lebih sosial dapat membuka banyak kesempatan untuk makan bersama. Misalnya, bergabung dengan klub atau kegiatan sosial seringkali menghasilkan kesempatan untuk makan bersama setelah acara selesai.
Jika harus makan sendirian, Baum menyarankan untuk melakukan aktivitas non-teknologis di meja makan, seperti membaca buku atau majalah. Membalikkan halaman dapat memperlambat proses makan. Hal ini memberikan Anda waktu untuk menikmati hidangan.
Anda juga dapat meningkatkan pengalaman makan sendirian dengan menetapkan rutinitas waktu makan, seperti duduk di tempat yang sama setiap kali makan dan lebih memperhatikan apa yang dikonsumsi.
Psikolog klinis Daniel Glazer mengungkapkan makan-makan selalu menjadi acara sosial, terutama di berbagai tradisi.
"Momen-momen ini bukan sekadar untuk mengisi perut. Mereka adalah ritual suci yang menjaga struktur sosial melalui percakapan yang bermakna dan pengalaman bersama," ucap Glazer.
Glazer mengatakan makanan mampu melintasi batas-batas budaya dan sosial, membangun rasa kebersamaan, dan merangsang pelepasan neurotransmitter yang meningkatkan suasana hati, seperti oksitosin, serotonin, dan endorfin. Hal ini memperkuat ikatan, rasa percaya, dan mengurangi rasa sakit.
Penelitian dari Universitas Oxford menunjukkan makan bersama orang lain dapat mempererat ikatan sosial yang pada gilirannya meningkatkan kepuasan hidup.
Sayangnya, saat ini semakin banyak orang yang makan sendirian, padq akhirnya mengurangi kepuasan hidup dan berkontribusi pada epidemi kesepian yang dihadapi.
Jadi, lain kali Anda duduk dengan pizza di depan TV, cobalah ajak teman atau tetangga untuk makan bersama. Siapa tahu, makan bersama bisa memberi manfaat lebih besar bagi tubuh, pikiran, dan kehidupan sosial.