Maung dari PT Pindad Bisa Jadi Ikon Mobil Indonesia
JAKARTA – Niat Presiden Prabowo Subianto menggunakan Maung produksi Pindad sebagai mobil dinas para menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih (KMP) mendapat apresiasi. Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah mengatakan Maung keluaran PT Pindad bisa menjadi ikon mobil nasional.
Wacana penggunaan Maung sebagai mobil dinas KMP dan eselon I pertama kali diungkap Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu beberapa waktu silam. Ia menyebut mulai pekan depan akan mengganti mobil dinas dari Alphard menjadi buatan PT Pindad.
"Minggu depan saya akan pakai mobilnya Maung itu, mobilnya Pindad, karena Pak Prabowo sudah bilang minggu depan tidak ada lagi barang impor untuk mobil eselon I sampai sama menteri, luar biasa," kata Anggito.
Pernyataan Anggito ini mendapat sambutan positif dari sejumlah menteri dan wamen. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menjamin perintah Presiden Prabowo terkait mobil dinas Maung akan dilaksanakan. Menurutnya, Prabowo memiliki semangat menggunakan kendaraan produk dalam negeri.
"Ya jadi, dong, semangatnya adalah kita harus punya mobil buatan sendiri," kata Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan.
Dia mengatakan mobil itu akan dibeli, bukan disewa. Dia menilai hal itu merupakan bentuk investasi.
"Ya kita beli, kita berinvestasi," ujar Prasetyo.
Contoh Cinta Produk Dalam Negeri
Mengutip Antara, Maung adalah kendaraan taktik ringan 4x4 produksi PT Pindad yang ditujukan untuk mendukung operasi pertempuran jarak dekat dan jelajah medan sulit. Dari situs resmi Pindad diketahui bahwa Maung didesain untuk memiliki kemampuan manuver yang gesit dan andal untuk mendukung mobilitas penggunanya di berbagai medan operasi.
SUV ini memiliki kecepatan aman 120 km/jam, transmisi manual 6-percepatan dan mampu menjangkau jarak tempuh hingga 800 km. Maung dapat dilengkapi dengan braket senjata 7,62 mm, konsol senjata SS2 V4, perangkat GPS navigasi dan tracker kendaraan serta perlengkapan lainnya. Mobil berkapasitas empat penumpang ini memiliki bobot 2.160 Kg yang dapat dimodifikasi untuk berbagai keperluan.
Prabowo saat ini menggunakan MV3 Garuda Limousine, atau yang lebih populer dengan sebutan Maung Pindad, yang diproduksi PT Pindad (Persero) sebagai kendaraan dinasnya. Sebutan lainnya adalah Maung Garuda. Mobil ini merupakan karya anak bangsa yang 70 persen komponennya merupakan produksi lokal.
Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menggunakan mobil berwarna putih dengan gaya khas Eropa tersebut pada iring-iringan kendaraan untuk menyapa masyarakat di sepanjang perjalanan dari Gedung DPR MPR RI ke Istana Negara setelah pelantikan pada 20 Oktober silam.
Namun tak lama setelah Wamenkeu Anggito Abimanyu melontarkan pernyataan soal mobil Maung buatan PT Pindad bakal menjadi kendaraan dinas pejabat menteri dan eselon I, Kemenkeu memberikan klarifikasi melalui keterangan persnya. Kemenkeu mengatakan hal itu bukan sebuah perencanaan, melainkan hanya sebatas contoh.
Baca juga:
- Jalan Keluar Supaya Tak Terjebak Fenomena Makan Tabungan
- Pentingnya Melestarikan Olahraga Tradisional di Tengah Gempuran Kemajuan Teknologi
- Indonesia Daftar Masuk BRICS dan Dampaknya untuk Kelas Menengah
- Pemerintah Perlu Segera Selamatkan Industri Tekstil karena Sumbangan terhadap Ekonomi dan Tenaga Kerja Besar
“Pernyataan tersebut disampaikan bukan dalam rangka sebagai perencanaa, namun dalam rangka memberikan contoh penggunaan produk dalam negeri sebagai semangat untuk memperkuat dan mendukung industri dalam negeri,” tulis pernyataan klarifikasi Kemenkeu.
Pengamat politik dari Lembaga Survei KedanKOPI Hendri Satrio menuturkan, arahan Presiden Prabowo agar kabinetnya menggunakan Maung produksi Pindad menjadi contoh nyata untuk mencintai produk dalam negeri.
Meski diklarifikasi Kemenkeu, menurut Hendri Satrio, jika arahan tersebut benar akan sangat bagus untuk memberi contoh kepada publik mengenai sikap cinta produk dalam negeri.
“Kalau memang benar itu diperintah Pak Prabowo agar para menteri, wakil menteri dan pejabat eselon I menggunakan Maung, itu bagus banget karena mencerminkan sikap cinta produk dalam negeri dan itu bisa jadi contoh ke masyarakat juga”, kata pria yang akrab disapa Hensat ini.
Selain itu, Hensat juga memuji bentuk dan desain Pindad MV-3 Garuda Limousine yang menjadi tunggangan Presiden Prabowo. Ia berharap, dengan desain Maung yang menarik bukan tidak mungkin produk Pindad laku di pasaran Indonesia.
“Maung Garuda itu keren bentuknya. Kayak Humvee ya. Jadi menurut saya bagus itu kalau mau dipakai oleh menteri dan wakil menteri. Karena bentuknya bagus jadi pasti bisa laku di pasaran. Keren ini Pak Prabowo”, imbuhnya.
Antisipasi Gugatan WTO
Kepala Staf Kepresidenan Anto Mukti Putranto menjelaskan 30 persen komponen Maung dari Ssangyong dan Mercedes-Benz, produsen asal Korea Selatan dan Jerman itu. Sementara 70 persen lainnya dibuat oleh Pindad.
“Yang 30 persen itu (komponen) dari Korea (Selatan), Mercy (Mercedes-Benz), SsangYong, kerangka dasar, mesin, sama kerangka,” kata Putranto setelah rapat bersama Komisi XIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024, seperti dikutip dari Antara.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menyambut baik rencana menggunakan Maung keluaran Pindad sebagai kendaraan dinas para menteri, wakil menteri, dan eselon I.
“Ini bagus ya karena merupakan produk Indonesia, meski komponennya beberapa bukan dari dalam negeri,” kata Trubus saat dihubungi VOI.
Namun Trubus berharap pemerintah mengatur sejumlah peraturan supaya tidak kembali mendapat gugatan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) karena tidak semua komponennya berasal dari dalam negeri.
“Maung bisa jadi ikon Indonesia, tapi sangat tergantung pada pemerintah (mengurusi masalah komponen dari luar negeri). Ini kan baru merupakan upaya dari pemerintah menempatkan Pindad sebagai mobil dalam negeri,” ucap Trubus.
“Yang diatur adalah bagaimana potensi gugatan WTO, karena kita ada trauma waktu kasus Timor dulu. Tapi memang penting harus punya mobil (produksi) sendiri,” pungkasnya.
Indonesia pernah mewacanakan proyek mobil nasional (mobnas) Timor di era Presiden Soeharto. Demi melancarkan proyek mobnas Timor, Presiden Soeharto malah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 1996.
Inti dari keppres itu adalah PT Timor Putra Nasional atau TPN tak perlu melalui tahapan pemenuhan komponen lokal itu dan boleh mengimpor mobil secara utuh atau completely built up. Dengan begitu, TPN memperoleh fasilitas antara lain pembebasan bea masuk impor mobil.
Padahal pada awalnya, TPN sebagai pionir mobnas, harus menggunakan komponen lokal sebesar 20 persen pada tahun pertama, 40 persen pada tahun kedua, dan 60 persen pada tahun berikutnya.
Mobnas Timor hanya ‘mengganti emblem’ produk Kia dari Kia Motors Corp., Kia Sephia 1995 menjadi mobnas Timor S15 di Indonesia. Indonesia digugat oleh Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa ke WTO karena dianggap antara lain melanggar pasal memberikan perlakuan diskriminatif terhadap perusahaan lainnya.