Tren Liburan Gen Z, Lebih Suka Pergi ke Destinasi yang Masih Sepi
JAKARTA - Tren liburan bagi generasi milenial dan Gen Z saat ini semakin mengarah pada eksplorasi destinasi yang jarang dikunjungi atau tersembunyi.
Generasi muda ini menunjukkan ketertarikan besar terhadap pengalaman yang unik dan autentik, jauh dari keramaian tempat-tempat wisata populer.
Menurut laporan dari Hindustan Times, Rikant Pittie, Co-Founder EaseMyTrip, menjelaskan, fenomena ini dipicu oleh keinginan para pelancong untuk mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam dan terhubung dengan budaya lokal, alam, serta komunitas setempat.
Para wisatawan muda semakin tertarik pada pilihan wisata yang memberikan dampak positif, baik secara sosial maupun lingkungan, yang tercermin dari meningkatnya minat pada pariwisata berkelanjutan.
Pilihan akomodasi ramah lingkungan, aktivitas yang berdampak rendah, serta dukungan terhadap ekonomi lokal menjadi hal yang diprioritaskan oleh banyak pelancong.
Tren ini juga terlihat dari meningkatnya popularitas negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, Georgia, Filipina, dan Malaysia di kalangan Gen Z dan milenial. Vinay Bagri, CEO dan Co-Founder Niyo, mengungkapkan bahwa destinasi-destinasi non-mainstream ini semakin diminati dan mengalami kenaikan pengeluaran dari kelompok usia 18-24 tahun hingga 20 persen.
Baca juga:
- Museum Madame Tussauds Bangkok Resmikan Patung Lilin Bung Karno dalam Memori Hari Ini, 24 September 2012
- Lakukan Uji Coba Buka, Begini Penampakan Museum Arkeologi Terbesar di Dunia
- Kembali Dibuka Besok, Ini Harga Tiket Museum Nasional dan Jam Bukanya
- Museum Nasional Indonesia Dibuka 15 Oktober 2024, Ada Ruang Imersif Canggih sebagai Wujud Pelestarian Sejarah
Selain itu, preferensi perjalanan juga dipengaruhi oleh musim; negara-negara Asia Tenggara lebih ramai dikunjungi saat musim dingin dan semi, sementara Eropa dan Asia Tengah lebih diminati pada musim panas dan gugur.
Bagri juga menyoroti bahwa milenial masih cenderung lebih sering mengunjungi destinasi tradisional, sedangkan Gen Z memilih mengalokasikan anggaran mereka ke tempat-tempat yang tidak biasa dan menawarkan pengalaman unik.
Perkembangan teknologi turut memainkan peran penting dalam perubahan ini. Pittie menjelaskan bahwa kecanggihan alat perencanaan perjalanan berbasis AI, rekomendasi yang dipersonalisasi, dan pratinjau melalui realitas virtual semakin memudahkan wisatawan untuk menemukan dan merencanakan perjalanan ke destinasi yang kurang dikenal.
Kebutuhan akan kemudahan konektivitas juga mendorong inovasi di aplikasi dan platform perjalanan, sehingga memudahkan akses ke layanan lokal, informasi destinasi, dan navigasi yang lebih nyaman.
Minat terhadap wisata berbasis hobi dan aktivitas khusus juga terus berkembang. Menurut Pittie, tren ini mendorong banyak pelancong untuk merancang perjalanan mereka berdasarkan minat pribadi, mulai dari kuliner, seni, olahraga petualangan, hingga kesehatan.
Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pengalaman mereka, tetapi juga membuka peluang untuk mengeksplorasi destinasi yang lebih spesifik. Demi kenyamanan, pelancong kini juga mempertimbangkan asuransi perjalanan yang terjangkau sebagai perlindungan tambahan selama berada di luar negeri.
Tren ini menunjukkan, generasi muda semakin sadar akan dampak sosial dan lingkungan dari perjalanan mereka, sambil mencari pengalaman autentik dan memanfaatkan teknologi untuk eksplorasi yang lebih cerdas dan berkesan.