AS Upayakan Gencatan Senjata 60 Hari di Lebanon di Tengah Meluasnya Kepanikan
JAKARTA - Amerika Serikat (AS) disebut mengupayakan dialog untuk menghentikan konflik antara Israel dengan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah. Proposal dialog itu meliputi gencatan senjata selama 60 hari.
Informasi soal adanya dialog ini disampaikan seorang sumber diplomat senior yang menangani Lebanon kepada Reuters.
Sumber bilang, selama 60 hari gencatan senjata, nantinya pihak terkait bakal melakukan implementasi penerapan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang membantu mengakhiri Perang Lebanon tahun 2006 sekaligus menjaga Lebanon selatan bebas dari senjata.
Sejauh ini Pemerintah Lebanon belum mengetahui atau diberi pengarahan resmi tentang usulan dialog ini.
Dorongan untuk gencatan senjata di Lebanon muncul beberapa hari jelang Pilpres AS 2024 yang digelar pada 5 November mendatang.
Namun, di tengah usulan dialog gencatan senjata, Israel terus memperluas operasi militernya dan melakukan pengeboman di Lebanon menewaskan banyak warga sipil.
Bahkan Israel pada Rabu 30 Oktober memerintahkan warga Kota Baalbek meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi sebelum upaya pengepungan. Kota di Lebanon timur itu ditempati puluhan ribu warga yang sebagian besar Muslim Syiah.
Perintah militer Israel kepada warga sipil untuk mengungsi biasanya akan disusul oleh pengeboman.
Gubernur Baalbek Bachir Khodr lantas mengimbau agar warganya mengungsi ke arah utara. Imbauan itu menyusul adanya kepanikan warga Baalbek di tengah ancaman keselematan. Disusul sejumlah daerah yang dituju sudah penuh sesak dengan para pengungsi.
"Orang-orang saling mendekat, seluruh kota panik mencari tahu ke mana harus pergi, ada kemacetan lalu lintas yang sangat parah," kata Khodr.
Antoine Habchi, seorang anggota parlemen Lebanon dapil Deir al-Ahmar, wilayah di sebelah barat laut Baalbek yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, mengatakan rumah, sekolah hingga gereja telah dipenuhi lebih dari 10.000 orang pengungsi sebelum perintah evakuasi pada Rabu 30 Oktober.
"Kami menyambut semua orang, tentu saja. Tetapi kami membutuhkan bantuan pemerintah secepat mungkin agar orang-orang ini tidak tinggal di luar dalam cuaca dingin," kata Habchi kepada Reuters.