Menhub Dudy Targetkan Tiket Pesawat Turun sebelum Natal dan Tahun Baru 2025
JAKARTA - Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menargetkan harga tiket pesawat bisa turun sebelum Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Dia mengaku saat ini sedang menunggu hasil kinerja Satuan Tugas Penurunan Harga Tiket Pesawat.
“Kami lagi masih menunggu, harapannya sebelum Nataru ini kita sudah bisa dapat hasil dari satgas itu,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu, 30 Oktober.
Terkait penurunan harga tiket pesawat, Dudy mengatakan akan dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian).
“Nanti kami menunggu dari Kemenko Perekonomian untuk hasil dari satgas itu,” katanya.
Sekadar informasi, Satuan Tugas (Satgas) Penurunan Harga Tiket Pesawat dibentuk pada Juli 2024 lalu. Pembentukan satgas ini didasari sebagau upaya pemerintah menciptakan harga tiket pesawat yang lebih efisien di dalam negeri.
Satgas Penurunan Harga Tiket Pesawat terdiri dari Kemenko Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), sereta kementerian/lembaga terkait lainnnya.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memastikan bahwa proses penurunan harga tiket pesawat akan rampung pada bulan Agustus 2024 ini.
“Sedang berproses. Ini lagi kerja dan saya kira enggak sampai bulan ini. Dalam bulan ini mestinya prosesnya (selesai),” tutur Luhut di Jakarta, dikutip Selasa, 20 Agustus.
Luhut menjelaskan bahwa satgas telah mempertimbangkan sejumlah faktor untuk menurunkan harga tiket pesawat. Salah satu solusinya adalah menerapkan sistem multi provider untuk memasok bahan bakar avtur.
Selama ini suplai avtur dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) sehingga harga avtur menjadi tidak kompetitif. Karena itu, untuk mencegah praktik monopoli, pemerintah membuka peluang bagi pihak lain yang bersedia untuk memasok avtur.
“Avturnya Pertamina kan, sekarang kan harganya mulai turun karena kita buka, bukan hanya dimonopoli Pertamina lagi,” jelasnya.
Meski begitu, Luhut bilang avtur bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan mahalnya harga tiket pesawat. Tetapi, ada faktor lainnya.
“Ya itu tadi, kan itu kan ada banyak faktor. Kita kan bicara mana cost yang bisa kita turunkan seperti sparepart dan harga fuel,” kata Luhut.