Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Peti Mati Akibat Serangan Israel, Korban Luka Tembus 100 Ribu Orang
JAKARTA - Rumah sakit di Gaza utara kehabisan peti mati, saat jenazah korban tewas akibat serangan Israel berserakan di jalan dan di bawah reruntuhan, sementara korban luka di wilayah kantong Palestina itu telah tembus 100 ribu orang.
Israel diketahui meningkatkan serangan di wilayah utara Gaza untuk menargetkan kelompok militan, dengan badan PBB menyebut situasi di kawasan tersebut mengerikan.
Pejabat kesehatan Palestina pada Hari Selasa mengatakan, lebih dari 20 orang telah tewas akibat serangan pasukan Israel.
Otoritas kesehatan Palestina dan layanan darurat sipil mengatakan, puluhan jenazah orang yang tewas oleh tembakan Israel berserakan di jalan dan di bawah reruntuhan.
Tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka karena serangan yang sedang berlangsung, kata mereka.
"Banyak yang terluka telah meninggal di depan mata kita dan kami tidak dapat berbuat apa pun untuk mereka," kata Munir Al-Bursh, direktur kementerian kesehatan Gaza, yang saat ini berada di Gaza utara, melansir Reuters 22 Oktober.
"Rumah sakit juga kehabisan peti mati untuk mempersiapkan jenazah dan kami telah meminta orang-orang untuk menyumbangkan kain apa pun yang mereka miliki di rumah," katanya dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, otoritas kesehatan Gaza mengonfirmasi, jumlah korban tewas Palestina akibat serangan Israel sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 42.718 korban jiwa yang dilaporkan, dengan korban luka-luka telah mencapai 100.282 orang, mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, dikutip dari WAFA.
Sebelumnya, Kepala badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza meski hanya satu jam, untuk memungkinkan perjalanan yang aman bagi keluarga yang ingin mengungsi, saat situasi di wilayah tersebut dinilai mengerikan.
Pejabatan kesehatan setempat mengatakan, mereka kehabisan persediaan untuk merawat pasien yang terluka dalam serangan Israel selama tiga minggu.
Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan, situasi kemanusiaan telah mencapai titik yang mengerikan, dengan mayat-mayat ditinggalkan di pinggir jalan atau terkubur di bawah reruntuhan.
Baca juga:
- Serukan Gencatan Senjata di Gaza Utara Meski Sejam, Kepala UNRWA: Untuk Keluarga Mengungsi dengan Aman
- Rusia Gelar KTT BRICS, Presiden Putin: Ini Asosiasi Negara yang Bekerja Sama Berdasarkan Nilai-nilai Bersama
- Menlu AS Blinken Kembali Terbang ke Timur Tengah Cari Cara Akhiri Konflik Gaza dan Redakan Situasi di Lebanon
- Ukraina Minta Dukungan Turki untuk Hentikan Serangan Rusia Terhadap Pelabuhan Laut Hitam
"Di Gaza utara, orang-orang hanya menunggu untuk mati," cuitnya di X.
"Mereka merasa ditinggalkan, putus asa dan sendirian," katanya.
"Saya menyerukan gencatan senjata segera, bahkan jika hanya untuk beberapa jam, untuk memungkinkan perjalanan kemanusiaan yang aman bagi keluarga yang ingin meninggalkan daerah tersebut dan mencapai tempat yang lebih aman," seru Lazzarini.