Israel Akui Melukai 2 Prajurit TNI dari Pasukan UNIFIL

TEL AVIV - Tentara Israel mengakui telah melukai dua pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL di Lebanon. Mereka beralasan tengah menembaki "ancaman" di dekat posisi pasukan UNIFIL tersebut.

“Pada pagi hari 10 Oktober, tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang beroperasi di Lebanon selatan mendeteksi ancaman langsung yang ditujukan kepada mereka dan melepaskan tembakan ke posisi tersebut,” demikian pernyataan IDF, Sabtu kemarin.

IDF tidak merinci apa yang dimaksud dengan “ancaman langsung” tersebut. Namun ini adalah istilah yang sering mereka gunakan untuk menyebut milisi Hizbullah di medan perang.

“Hasil pemeriksaan awal menunjukkan bahwa pos terdepan pasukan UNIFIL yang terletak sekitar 50 meter dari lokasi ancaman terkena peluru sehingga melukai dua anggota UNIFIL,” ujar IDF.

UNIFIL pada Kamis 10 Oktober, menuduh tank Merkava Israel menembaki pos pengamatan di markas mereka di Kota Naqoura, Lebanon selatan. Serangan tank tersebut melukai dua Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan membuat keduanya dirawat di rumah sakit, meski tidak terluka parah.

IDF mengatakan bahwa beberapa jam sebelum penembakan, mereka telah menginstruksikan pasukan UNIFIL untuk mencari tempat perlindungan dan tinggal sampai keadaan aman.

“Kami terus meninjau perincian insiden tersebut,” kata IDF.

“Kami sedang dan akan terus berkomunikasi dengan UNIFIL untuk koordinasi," lanjutnya.

Tentara Israel tidak memerinci lokasi penembakan, tetapi mereka menuduh Hizbullah sengaja beroperasi di wilayah sipil dan dekat fasilitas UNIFIL sehingga membahayakan anggota pasukan ini.

UNIFIL mengatakan posisinya diserang beberapa kali, dan telah melukai empat anggota pasukan.

Tank Israel pernah menghantam dek observasi di pos komando Naqoura. Ledakan terus terjadi di dekat dek observasi fasilitas tersebut, melukai dua tentara UNIFIL Sri Lanka.

Menurut UNIFIL, beberapa tembok penahan di posisi PBB lainnya di dekat perbatasan runtuh setelah buldoser Israel menghantam mereka, memaksa tank IDF bergerak di daerah yang berdekatan.

“Peristiwa ini sekali lagi menyebabkan pasukan penjaga perdamaian PBB, yang menjalankan tugasnya sebagaimana disyaratkan oleh Resolusi Dewan Keamanan No. 1701, menghadapi risiko yang sangat serius,” kata UNIFIL.

UNIFIL didirikan pada 1978 untuk mengawasi penarikan pasukan Israel setelah menginvasi Lebanon sebagai pembalasan atas serangan orang-orang bersenjata Palestina.

Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701, yang disahkan pada Agustus 2006, menugaskan UNIFIL dan tentara Lebanon untuk memantau gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel setelah perang selama hampir sebulan. UNIFIL memiliki sekitar 10.000 tentara yang ditempatkan di Lebanon selatan.