Kunjungi Kantor Pusat PBNU, Imam Besar Masjid Nabawi Berharap Kerja Sama RI-Saudi Makin Erat
JAKARTA - Imam Besar Masjid Nabawi Syekh Ahmad bin Ali Al-Hudhaify mengunjungi Kantor Pusat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta.
Kedatangan Iman Besar untuk bersilaturahim dengan sejumlah pengurus organisasi keagamaan Islam terbesar di dunia itu.
"Hari ini, saya mengunjungi NU yang memiliki peran penting bagi umat Islam di negara Indonesia, yang dikenal dengan upayanya di bawah pimpinan Gus Yahya dan koleganya di dalam organisasi ini," kata Syekh Ahmad usai kunjungan tersebut di Kantor PBNU Jakarta, Rabu 9 Oktober, disitat Antara.
Ahmad mengaku kunjungannya kali ini mewakili Imam di Haramain (Makkah dan Madinah), sekaligus Kementerian Urusan Islam, Wakaf, Dakwah dan Penyuluhan Kerajaan Arab Saudi.
Ia mengucapkan terima kasih kepada PBNU yang telah menyambutnya dalam kunjungan ini. Tak lupa pula ia juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Pemerintah Indonesia yang telah menerima kunjungannya kali ini secara resmi.
"Saya berdoa semoga Allah melindungi negara ini, serta memberikan keamanan dan kenyamanan, dan juga membantu saudara saudari muslimin dan muslimat di negeri ini," ujarnya.
Baca juga:
Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, dalam kunjungan ini, Imam Besar Masjid Nabawi menyampaikan apresiasinya terhadap langkah dan inisiatif PBNU baik dalam negeri, maupun internasional, terkait pengembangan dakwah, pengembangan ilmu, dan upaya-upaya untuk perdamaian dunia.
"Beliau -Imam Besar Masjid Nabawi- berharap nantinya akan ada kerja sama-kerja sama yang lebih erat antara pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi, maupun dengan NU," ungkapnya.
Menurut Gus Yahya, sapaan akrabnya, terdapat keinginan yang sangat kuat baik dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, dan lembaga-lembaga Islam di sana untuk mempererat hubungan dan kerja sama dengan Indonesia.
Ia menyebutkan, ke depannya akan ada komunikasi yang lebih intensif antara pihak-pihak tersebut, terkait peluang peningkatan hubungan dan kerja sama yang akan dilakukan.
"Tentu kita sangat terbuka, karena kita selalu menganggap Saudi sebagai negara Islam paling penting, dan mereka merupakan pelayan dari dua tempat suci. Sehingga, tidak ada inisiatif di dunia Islam yang berjalan efektif tanpa Saudi," kata Gus Yahya.