Ketum PBNU: Kerja Sama Indonesia-Arab Saudi Paling Diperhitungkan di Negara-negara Islam
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf dalam Konferensi Islam ASEAN di Nusa Dua, Badung, Bali/FOTO: Dafi-VOI

Bagikan:

BADUNG - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyebut Konferensi Islam ASEAN di Bali menjadi langkah awal memperkuat kerja sama Indonesia dengan Arab Saudi.

"Saya kira ini bagus, karena kerja sama antara Indonesia dengan Arab Saudi memang penting. Arab Saudi negara mungkin paling diperhitungkan di dunia Islam, karena haramain (dua kota suci) Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, ada di bawah kedaulatannya," kata Gus Yahya di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat, 23 Desember.

Sementara Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di Indonesia.

“Maka kalau dunia Islam ini hendak membangun suatu dinamika yang sungguh-sungguh signifikan untuk berkontribusi dalam perbaikan pergaulan internasional. Maka kerja sama antara Arab Saudi dengan Indonesia sangat penting sekali," imbuhnya.

Konferensi Islam ASEAN disebut Gus Yahya tak membahas hal normatif namun mendiskusikan masalah-masalah di masyarakat hingga tingkat internasional.

"Masalah tentang bagaimana ada ketegangan antara referensi-referensi keagamaan yang sampai sekarang masih digunakan oleh komunitas-komunitas muslim di berbagai belahan dunia ini, dengan kenyataan peradaban yang kita ikuti sekarang. Ketegangan-ketegangan ini perlu dijembatani," ujarnya.

"Nahdlatul Ulama selama ini juga melangkah dengan berbagai macam pikiran dari para ulamanya dan yang tegas sejak tahun 1989, NU sudah menyatakan pentingnya melakukan kontekstualisasi pemikiran keagamaan. Termasuk dalam hal ini paling utama adalah fiqih karena ini terkait dengan syariah dengan konteks realitas kekinian, ini penting sekali. Kita, sebetulnya sangat membutuhkan pandangan dari  para ulama mengenai hal ini," jelasnya.