Maunya Pemerintah, 60 Persen Warga Jabodetabek Harus Naik Angkutan Umum Massal pada 2029
JAKARTA - Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B. Pramesti mengungkap target pemerintah agar 60 persen warga Jabodetabek menggunakan angkutan umum massal pada tahun 2029.
"Dalam target rencana induk transportasi Jabodetabek (RITJ), sebanyak 60 persen pergerakan warga di Jabodetabek sudah harus menggunakan angkutan umum massal," kata Polana dalam keterangannya, Jumat, 2 April.
Karena itu, Polana menyebut sasaran utama dalam kampanye penggunaan angkutan umum dan non-motorized transportation (NMT) akan menyasar kaum milenial dan generasi muda di bawahnya.
"Kaum millenial, generasi Z, dan Alpha inilah yang nanti akan mendominasi aktivitas kehidupan metropolitan Jabodetabek ini pada tahun 2029," kata Polana.
Polana menuturkan, penggunaan angkutan umum massal memiliki manfaat positif yang besar bagi kepentingan publik secara umum maupun personal.
Penggunaan angkutan umum massal sangat terkait dengan permasalahan kesehatan publik dan kesehatan lingkungan yang harus menjadi perhatian semua pihak.
Selain itu, kata dia, penggunaan angkutan umum massal harus dilihat secara utuh prosesnya.
"Bukan hanya hanya sekadar sudah naik KRL, MRT, LRT atau BRT seperti Transjakarta, namun di dalamnya terdapat tahapan dari titik awal berangkat menuju angkutan umum massal ataupun perpindahan dari angkutan umum massal menuju titik terakhir tujuan dengan berjalan kaki atau bersepeda," ujarnya.
Baca juga:
- Homili Uskup Agung Ignatius Kardinal Suharyo: Menderita Karena Yesus Adalah Anugerah, Sukacita
- Dijerat Dua Tuduhan, Australia Desak Rezim Militer Myanmar Bebaskan Penasihat Ekonomi Aung San Suu Kyi
- Satgas COVID-19 Imbau Warga Lakukan Kompres dan Banyak Minum Jika Rasakan Efek Samping Vaksinasi
- Gubernur Papua Dideportasi Gara-gara Ngojek Masuk Jalan Tikus ke Papua Nugini
Polana mengatakan, kesadaran dan kepercayaan masyarakat untuk memilih menggunakan angkutan umum massal di Jabodetabek tidak cukup hanya dengan pemenuhan sarana dan prasarana saja.
Sebab, penggunaan transportasi umum terbentuk dari perilaku yang dilahirkan melalui kebiasaan yang berawal dari kesadaran.
"Oleh karena itu, semua upaya yang bersifat kampanye dan komunikasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat angkutan massal harus secara konsisten dilakukan. Terlebih saat ini memasuki pandemi COVID-19," jelasnya.