6 Tanda Terlalu Agresif dalam Berkomunikasi, Penting untuk Tetap Kontrol

YOGYAKARTA – Berkomunikasi agresif terlihat jelas ketika seseorang mengekspresikan diri secara berlebihan. Menurut psikolog David Tzall, PsyD., ketika seseorang mengekspresikan kebutuhan, keinginan, dan pendapatnya bisa membuat orang lain merasa diperlakukan secara tidak hormat. Lawan bicara juga harus menanggung beban, berkorban, dan merasa didominasi. Tentu saja dengan komunikasi agresif tidak akan terjalin hubungan yang harmonis.

Komunikasi agresif juga menimbulkan ketegangan dalam hubungan, baik itu hubungan pertemanan, keluarga, hingga berpasangan. Para ahli menjelaskan, idealnya kita berkomunikasi secara asertif. Yaitu dengan melibatkan pengungkapan nilai, kebutuhan, keinginan, sekaligus disertai rasa hormat  kepada lawan bicara. Menurut psikoterapis Suzette Bray, LMFT., dilansir Well+Good, Kamis, 3 Oktober, berikut tanda komunikasi agresif yang bisa menimbulkan ketegangan dalam hubungan.

1. Meninggikan suara

Ketika jarak terlalu jauh, seseorang mungkin meninggikan volume suara supaya kalimatnya terdengar oleh lawan bicara. Tetapi apabila meninggikan suara untuk mengintimidasi atau menekankan maksud, adalah salah satu tanda seseorang berkomunikasi secara agresif.

Penting dipahami, komunikasi agresif adalah respons lawan-atau-lari yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Bisa dipicu pelepasan hormon stres, seperti kortisol dan adrenalin. Hormon ini sebenarnya untuk melindungi diri, tetapi kalau tidak diekspresikan secara tepat bisa membuat orang lain tidak nyaman.

Ilustrasi tanda berkomunikasi agresif (Freepik/cookie_studio)

2. Menggunakan nada sarkastik

Seseorang yang berkomunikasi secara agresif, ditandai dengan penggunaan nada sarkastik. Ini diucapkan umumnya untuk bersikap “dingin” pada seseorang, untuk mengolok-olok, atau membuat seseorang merasa kecil.

3. Menghina atau mengejek lawan bicara

Selain sarkasme, komunikator yang agresif mungkin melontarkan hinaan atau ejekan. Tujuannya untuk mempermalukan atau meremehkan orang lain.

4. Menyela atau memotong alur pembicaraan

Salah satu taktik yang dipakai seseorang yang agresif dalam berkomunikasi, terus menerus menyela ketika orang mulai membuka obrolan. Ini tentu saja membuat pembicaraan tidak efektif.

5. Menggunakan bahasa tubuh untuk mengancam

Bahasa tubuh yang agresif mencakup berdiri terlalu dekat, terutama setelah lawan bicara menjelaskan batasan fisik dengan jelas. Menunjuk jari atau membuat gerakan mengancam juga bermaksun mendominasi pembicaraan. Ini tentu akan membuat orang lain merasa tidak aman dan nyaman.

6. Tidak mempertimbangkan perspektif orang lain

Seseorang yang tidak mempertimbangkan perspektif orang lain, kerap menjelaskan perspektifnya sendiri secara berlebihan. Ia juga merasa lebih unggul sehingga merasa berhak mendominasi pembicaraan. Bahkan mereka yang berkomunikasi agresif tidak mengontrol kata-kata. Ia bisa saja memutarbalikkan kata-kata, mendiskreditkan apa yang dikatakan orang lain, dan argumentasinya bisa tidak masuk akal.

Tanda orang berkomunikasi secara agresif di atas, bisa dijadikan bahan reflektif. Ini berguna untuk membangun hubungan yang sehat dan belajar berkomunikasi secara asertif.