Di Balik Sejarah Jalan Salib

JAKARTA - Selama 40 hari masa Pra Paskah dimulai dari tanggal 17 Februari 2021 lalu, umat Kristiani telah menjalankan pantang dan puasa. Selama masa itu juga biasanya umat Katolik menjalankan ibadat Jalan Salib di setiap hari Jumat. Bagaimana sejarahnya?

Ibadat ini memberikan narasi atau penggambaran jam-jam terakhir kehidupan Yesus Kristus di dunia yang penuh dengan penderitaan. Bagi umat Katolik, Jalan Salib merupakan pengingat kerelaan Yesus mengesampingkan otoritas ilahi-Nya untuk menyelamatkan manusia melalui pengorbanan-Nya.

Dalam bahasa Latin Jalan Salib disebut dengan Via Crucis atau Via Dolorosa yang berarti Jalan Penderitaan. Ibadat Jalan Salib merupakan salah satu devosi Katolik yang mana bentuk doa ini bukan bagian resmi liturgi umum Gereja tetapi menjadi bagian dari praktik-praktik kerohanian yang terkenal dari umat Katolik.

Bila dilihat ke masa silam, devosi Jalan Salib telah berakar lama dalam Gereja Katolik, yang diawali dengan tradisi para peziarah yang mengunjungi Yerusalem. Sejak abad keempat, pada zaman Kaisar Konstantin, para peziarah telah mempunyai tradisi berdoa merenungkan sengsara Yesus.

Mereka, termasuk Bunda Maria, ibunya Yesus, dikatakan menyusuri rute perjalanan sengsara yang dialami Yesus. Pada awalnya tradisi tersebut hanya berkembang di Yerusalem dan daerah sekitarnya hingga pada abad ke-12 ibadat Jalan Salib baru mulai masuk ke dunia barat.

Masa awal

Melansir Paroki Citra Raya, pada awalnya Jalan Salib tidak memiliki perhentian-perhentian seperti sekarang. Rute yang ditempuh dalam rangka Jalan Salib berubah dari waktu ke waktu. Dikatakan juga masing-masing kelompok umat memiliki versi yang berbeda satu sama lain, seperti yang ditetapkan oleh Alvarest Yang Terberkati (1420), Eustochia, Emmerich (1465) dan Ketzel. Sampai akhirnya pada abad ke 18, Paus Klemens XII menetapkan jumlah dan lokasi perhentian Jalan Salib secara definitif sampai sekarang.

Diketahui ada 14 perhentian yang telah ditetapkan oleh pihak otoritas Gereja Katolik untuk Devosi Jalan Salib, di antaranya: 

Perhentian 1: Yesus dijatuhi hukuman mati

Perhentian 2: Yesus memikul salib ke gunung Golgotha

Perhentian 3:Yesus jatuh untuk pertama kalinya

Perhentian: 4:Yesus berjumpa dengan Bunda Maria, Ibu-Nya

Perhentian 5: Simon dari Kirene membantu memikul salib Yesus

Perhentian 6: Veronika mengusap wajah Yesus

Perhentian 7: Yesus jatuh untuk yang kedua kalinya

Perhentian 8: Yesus menghibur wanita-wanita yang menangis

Perhentian 9: Yesus jatuh untuk ketiga kalinya

Perhentian 10: Pakaian Yesus ditanggalkan

Perhentian 11: Yesus dipaku pada kayu salib

Perhentian 12 : Yesus wafat di kayu salib

Perhentian 13:  Yesus diturunkan dari kayu salib

Perhentian 14:  Yesus dikuburkan

Namun dari 14 Perhentian Jalan Salib, hanya 8 diantaranya yang tertulis jelas di Alkitab. Perhentian 3, 4, 6, 7, 9, dan 13 tidak tertulis secara implisit di Alkitab, tetapi ditambahkan agar kisahnya menjadi lebih runtut.

Maka dari itu pada Jumat Agung tahun 1991, Paus Yohanes Paulus II memperkenalkan “Scriptural Way of Cross” (Jalan Salib menurut Alkitab) yang mana tetap berisi 14 Perhentian, tapi kisahnya dimulai sejak Yesus berada di Taman Getsemani. Namun, versi Jalan Salib yang alkitabiah itu baru disetujui oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2007 agar dapat digunakan untuk meditasi dan perayaaan.

Sebagian besar Gereja Katolik Roma menggunakan lukisan atau relief untuk memvisualisaikan peristiwa sengsara di setiap pemberhentiannya, bahkan ada pula yang melakukannya dalam bentuk drama atau biasa disebut Tablo.

*Baca Informasi lain soal PASKAH atau baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian.

BERNAS Lainnya