Menag Yaqut Targetkan Sertifikasi Produk Halal Jepang Naik 200 Persen

JAKARTA - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menargetkan peningkatan sertifikasi halal produk Jepang sebesar 200 persen dalam satu bulan ke depan, dibandingkan kondisi yang ada saat ini.

“Target saya 200 persen peningkatan minimal dari eksisting,” kata Yaqut di sela-sela peluncuran badan halal Indonesia di Jepang Halal International Trust Organization (HITO) di KBRI Tokyo, Antara, Minggu, 29 September.

Dia menyebutkan target tersebut setidaknya sampai periode pemerintahan Presiden Joko Widodo berakhir pada Oktober mendatang.

“Saya minta periode ini sebelum berakhir ya, sebelum pemerintahan Pak Jokowi berakhir. Harus kerja keras, itu tuntutan yang kita minta. Namanya target ya soal tercapai berapa nanti kita lihat. Saya kira masih sangat rasional untuk produk-produk di Jepang yang dibawa ke Indonesia,” katanya.

Saat ini, terdapat 150 lembaga halal di luar negeri yang sudah mendapat pengakuan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag.

Sejak dibentuk pada 2017, BPJPH Kemenag telah menerbitkan dua juta sertifikasi halal atau lima juta produk bersertifikat halal hingga saat ini.

Dia menambahkan pada Oktober mendatang juga akan dilakukan penandatanganan Mutual Recognition Agreement (MRA) atau kesepakatan pengakuan halal dengan lembaga halal di berbagai negara.

“Harus bisa didorong karena kemudahan-kemudahan bisa diberikan pemerintah, dukungan anggaran juga sudah cukup, jadi tidak ada alasan tidak bisa menaikkan jumlah sertifikasi secara signifikan,” katanya.

Adapun jumlah perusahaan di Jepang yang sudah disertifikasi oleh BPJPH Kemenag sebanyak 35 perusahaan dengan jumlah produk yang telah telah bersertifikat halal sebanyak 390 produk.

Sementara itu, berdasarkan survei Wunderman Thompson Commerce pada Mei 2022, merk produk Jepang banyak diminati oleh Muslim dengan brand impression rate menempati jumlah terbanyak sebesar 89 persen responden dibandingkan produk Indonesia 84 sebesar persen responden.

“Dengan adanya kondisi tersebut, menjadikan Jepang ini salah satu negara yang concern terhadap isu pentingnya pengembangan industri halal,” katanya.

Ekspor Indonesia ke Jepang pada 2023 tercatat 20,8 juta dolar AS (sekitar Rp315,25 miliar) dengan komoditas ekspor unggulan ke Jepang, yakni barang-barang mineral, minyak mineral dan turunannya dengan lebih dari 32 persen dari total ekspor.

Sementara itu, komoditas yang terkait dengan industri halal sebanyak 7,26 persen dari total ekspor dengan produk unggulan, ikan, crustacea, mollusca sebanyak 2,27 persen.

Nilai impor Indonesia dari Jepang di tahun yang sama sebesar 16,5 juta dolar AS (sekitar Rp249,5 miliar) dengan komoditas dominan mesin, alat-alat mekanik, kendaraan selain kereta dan trem serta aksesorinya sebanyak 52 persen.

Impor yang berkaitan dengan industri halal sebanyak 4,39 persen.

Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi menyebutkan pasar halal Jepang kian naik secara perlahan yang nilainya diproyeksikan mencapai 68 juta dolar AS (sekitar Rp1 triliun) hingga akhir 2024 atau naik 6,3 persen dari tahun sebelumnya.

“Pertumbuhan ini dipicu oleh kenaikan permintaan baik dari komunitas Muslim lokal maupun turis Muslim,” katanya.

Merujuk pada riset di 2021, lebih dari 1.000 perusahaan di Jepang sudah mengantongi sertifikat halal di mana 30 persen konsumen Jepang sudah tertarik dengan produk halal.

Kelompok konsumen tersebut didominasi oleh generasi muda yang menjadi potensi pasar di Negeri Sakura.

“Dalam konteks ini, komunitas Indonesia di Jepang memainkan peranan penting sebab saat ini ada 180.000 WNI di Jepang dan mayoritas Muslim,” kata Dubes Heri.

Untuk itu, keberadaan HITO diharapkan dapat memperluas dan memperkuat akses produk halal Indonesia, termasuk produk-produk UMKM ke pasar internasional yang lebih luas.