Sejarah, NU Pernah Disebut Organisasi Radikal Lewat Buku Pelajaran
YOGYAKARTA - pada tahun 1926 silam, Nahdlatul Ulama (NU) secara sah didirikan. Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini dipelopori oleh para kiai ternama dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Madura, dan Jawa Barat, yang melaksanakan pertemuan di rumah K.H Wahab Hasbullah di Surabaya.
Kelahiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan kultur keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yaitu mengerti Ahlussunnah wal Jamaah. Kemudian, NU sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain yang bersifat sosial, tradisi atau keagamaan yang lahir di masa penjajah, pada dasarnya yaitu konfrontasi kepada penjajah.
Hal ini didasarkan, berdirinya NU diberi pengaruh keadaan politik dalam dan luar negeri, sekalian yakni kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam bentuk gerakan organisasi dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam.
Namun usut punya usut NU Pernah disebut Organisasi Radikal oleh beberapa kalangan.
Kenapa NU Pernah disebut Organisasi Radikal?
Dahulu, pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapatkan informasi disebut sebagai 'organisasi radikal' dalam melawan penjajah pada masa perang kemerdekaan dalam buku ajar untuk sekolah dasar. Meski frasa itu dikaitkan dalam kegiatan yang positif, PBNU tetap memprotes penggunaan 'organisasi radikal' dalam buku tersebut.
"Meskipun frasa 'organisasi radikal' yang dimaksud adalah organisasi radikal yang bersikap keras menentang penjajahan Belanda, dalam konteks ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sangat menyayangkan diksi 'organisasi radikal' yang digunakan oleh Kemendikbud dalam buku tersebut. Istilah tersebut bisa menimbulkan kesalahpahaman oleh peserta didik di sekolah terhadap Nahdlatul Ulama," kata Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini dalam keterangan tertulis pada tahun 2019 silam.
Helmy menerangkan frasa 'radikal' yang ditulis di buku itu dapat menyebabkan kesalahpahaman. Pasalnya, selama ini masyarakat mengetahui istilah radikal itu sebagai perbuatan yang negatif dan acap kali menyebarkan teror.
Sementara itu, radikal dalam pengertian sederhana berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yakni secara mendasar (hingga terhadap hal yang prinsip), sangat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan) dan maju dalam upaya atau berperilaku.
"Organisasi radikal belakangan identik dengan organisasi yang melawan dan merongrong pemerintah, melakukan tindakan-tindakan radikal, menyebarkan teror dan lain sebagainya. Pemahaman seperti ini akan berbahaya, terutama jika diajarkan kepada siswa-siswi," ujarnya.
Helmy mengevaluasi Kemendikbud tak teliti dalam memahami sejarah pergerakan nasional dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia menegaskan istilah radikal tak relevan untuk menceritakan perihal fase pergerakan nasional.
"Penulis buku menyebut, setelah mengalami fase pergerakan nasional pada 1900-an, kemudian dilanjutkan dengan fase masa awal radikal yang terjadi pada tahun 1920-1926. Istilah masa awal radikal ini yang keliru dan tidak tepat. Jika ingin menggambarkan perjuangan kala itu, yang lebih tepat frasa yang digunakan adalah masa patriotisme, yakni masa-masa menentang dan melawan penjajah," ujarnya.
Baca juga:
Dia pun meminta Kemendikbud turun tangan menyelesaikan permasalahan tersebut. Dia tidak ingin masalah tersebut melebar.
"Oleh karena itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meminta kepada Kemendikbud bertanggung jawab atas persoalan ini. Potensi mudarat yang ditimbulkan sangat besar sehingga harus diambil langkah cepat untuk menyikapinya," ujar Helmy.
Selain NU Pernah disebut Organisasi Radikal ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!