Menlu Retno: Sulit Bayangkan Situasi Kemanusiaan saat Ini di Palestina Tanpa UNRWA

JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, sulit membayangkan situasi kemanusiaan di Palestina saat ini, tanpa kehadiran Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Itu disampaikannya saat menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri untuk mendukung UNRWA di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-79 di New York, Amerika Serikat pada Hari Kamis.

Pertemuan kali ini menyoroti tantangan serius yang dihadapi UNRWA, serta langkah kolektif untuk memperkuat dukungan bagi Badan PBB tersebut, serta mendukung hak-hak pengungsi Palestina.

"Sulit dibayangkan bagaimana situasi kemanusiaan (di Palestina) saat ini, jika tidak ada UNRWA di lapangan," ungkap Menlu Retno, dalam keterangan Kementerian Luar Negeri Jumat 27 September.

Menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia terhadap UNRWA, Menlu Retno mengatakan ada dua hal utama yang perlu dilakukan untuk mendukung badan PBB tersebut.

Pertama, dukungan politis. Menlu Retno menekankan, tidak ada alternatif selain UNRWA untuk membantu situasi kemanusiaan di Palestina, karena itu penting melindungi mandat UNRWA dari tekanan politik dan upaya untuk mendelegitimasi Badan PBB tersebut.

"Ancaman terhadap UNRWA adalah ancaman bagi kemanusiaan," tegas Menlu Retno.

Kedua, lanjutnya, dukungan pendanaan. Menlu retno mengajak semua negara untuk memberikan dukungan pendanaan kepada UNRWA. Disebutkan Menlu Retno, Indonesia telah berikan dukungan konkret dengan melipatgandakan kontribusi tahunan untuk UNRWA pada tahun 2024, dan juga telah berkontribusi untuk mendukung Flash Appeal UNRWA.

Menlu Retno menegaskan, pekerjaan UNRWA bukanlah pengganti solusi yang adil bagi masalah pengungsi Palestina.

"Ini adalah respons kemanusiaan terhadap krisis politik yang berlarut-larut," kata Menlu Retno.

UNRWA, lanjut Menlu Retno, telah menjadi platform utama untuk bantuan kemanusiaan kepada Palestina.

"Mendukung UNRWA bukanlah tindakan amal, melainkan investasi fundamental bagi kemanusiaan, stabilitas, dan perdamaian regional," sebut Menlu Retno.

Dalam kesemparan itu, Menlu Retno juga mengajak komunitas internasional untuk segera mengakui Negara Palestina dan keanggotaan penuh di PBB.

"Ini adalah satu-satunya cara untuk memberikan tekanan politik terhadap Israel, dan satu-satunya cara agar kita dapat mencapai Solusi dua negara," tutup Menlu Retno.