Darurat Daya Saing, DPR Sebut Nasib Kedaulatan Pangan Ada di Tangan Pemerintahan Prabowo

JAKARTA - DPR berharap pemerintahan selanjutnya untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para petani di Indonesia. Bertepatan pada peringatan Hari Tani Nasional (HTN) tanggal 24 September, DPR juga mendorong Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk dapat mengevaluasi kebijakan pertanian agar dapat lebih berpihak kepada petani dan memberikan manfaat nyata.

"Pertanian adalah kekuatan dan masa depan Indonesia, bila Indonesia berhasil mengelola pertanian dengan baik maka Indonesia akan sejahtera, tapi bila gagal maka suram masa depan Indonesia,” kata Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan, Selasa 24 September.

"Semoga pemerintahan berikutnya dapat memastikan terwujudnya pertanian sebagai kekuatan dan prioritas utama bangsa sehingga kedaulatan pangan dapat kita raih," lanjut Legislator dari Dapil Kalimantan Barat I itu.

Daniel pun menyoroti impor pangan yang semakin besar saat ini. kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan bagi sektor pertanian dalam negeri.

“Kalau kita tidak segera meningkatkan kualitas di sektor pertanian, maka ke depan petani Indonesia akan kalah bersaing. Bahkan tergerus oleh digitalisasi,” ungkap Daniel.

Pada peringatan HTN yang bertujuan sebagai upaya mengingat dan mengapresiasi perjuangan golongan petani di Indonesia, Daniel berharap ada perbaikan kualitas pertanian nasional.

“Penting sekali dilakukannya peningkatan upaya dalam memperbaiki dari segi kualitas tani. Dan ini adalah tugas Pemerintah, bagaimana agar harga hasil tani dan produktivitas tani bisa terwujud melalui upaya-upaya maksimal,” tuturnya.

“Misalnya dengan perbaikan infrastruktur pertanian yang harus menjadi prioritas agar petani Indonesia mendapatkan dukungan-dukungan agar menghasilkan kualitas produksi yang bagus dan tidak kalah saling dengan produk impor,” sambung Daniel.

Anggota Komisi DPR yang membidangi urusan pertanian itu khawatir dengan impor pangan yang semakin besar dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Daniel menyebut hal ini menjadi tantangan besar bagi Pemerintah agar melakukan intervensi di sektor pertanian sehingga produk tani memiki daya saing produk pangan.

“Jangan sampai karena kurangnya dukungan di sektor tani, harga pangan kita jadi mahal tapi kualitas produk dan kesejahteraan petaninya justru paling rendah," tukasnya.

Daniel kemudian menyinggung soal reforma agraria yang kerap menjadi tuntutan para petani. Menurutnya, hingga kini masih banyak wilayah yang mengalami konflik agraria di negara yang agraris yang mengakibatkan petani Indonesia tidak sejahtera.

"Sebagai pusat kehidupan agraris Indonesia, sudahkah petani dan desa terbebas dari kemiskinan? Harusnya desa di Indonesia menjadi pusat kesejahteraan yang didukung oleh kekayaan alam, namun faktanya kemiskinan di desa masih tinggi, terutama di kalangan petani," tegas Daniel.

Diketahui pemerintah telah memberikan subsidi untuk membantu para petani, berupa pupuk guna meringankan pengeluaran para petani. Hanya saja subsidi tersebut belum didistribusikan dengan benar dan tepat sasaran, sehingga masih banyak petani yang tidak mendapatkannya. Pupuk subsidi juga masih menjadi permasalahan di sektor pertanian yang terus terjadi.

"Banyak petani yang tidak mendapatkan akses terhadap subsidi pupuk yang seharusnya menjadi hak mereka, dan ini menjadi indikasi bahwa sistem distribusi subsidi masih perlu dibenahi," urai Daniel.

"Pemerintah harus lebih serius dan transparan dalam mengimplementasikan kebijakan yang benar-benar berpihak pada petani," tambahnya.

Di sisi lain, Daniel menerangkan tantangan yang dihadapi oleh petani bukan hanya soal kebijakan dan kesejahteraan melainkan juga menurunnya minat generasi muda terjun ke dunia pertanian. Generasi muda saat ini menilai sektor pertanian bukanlah industri yang dapat menjamin masa depannya karena penghasilan yang kecil.

"Tentu generasi muda merasa ragu bahwa kehidupan bertani dapat menjamin kesejahteraan hidup dan masa depan mereka jika bercermin pada kenyataan hidup para petani Indonesia yang masih menghadapi berbagai tantangan seperti saat ini," ujar Daniel.

“Belum lagi pekerjaan di sektor pertanian dianggap bukan sesuatu yang keren sehingga jarang sekali dilirik oleh generasi muda kita sekarang. Jika kondisi ini dibiarkan, maka masa depan pertanian di Indonesia akan terancam karena regenerasi petani menjadi terhambat,” sambungnya.

Untuk itu, Daniel mendorong Pemerintah ke depan untuk menggencarkan program petani milenial. Selain dukungan dana dan fasilitas, Pemerintah dinilai bisa meningkatkan program petani milenial dengan memberikan penyuluhan di setiap lini, bahkan perlu sampai ke sekolah-sekolah.

“Harapannya sedikit demi sedikit generasi muda tertarik membangun bangsanya lewat sektor pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, termasuk lewat kemajuan-kemajuan teknologi. Maka petani milenial sangat dibutuhkan di sini,” ucap Daniel.

Daniel pun memupuk kepercayaan kepada Pemerintahan Prabowo untuk majunya pertanian Indonesia. Apalagi Prabowo menjadikan pertanian sebagai salah satu target visi-misinya dalam Pilpres 2024. Keseriusan Prabowo untuk menyejahterakan pertanian Indonesia juga pernah ia tunjukkan dengan menjadi pemimpin organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

“Saya optimis dengan track record Pak Prabowo terhadap golongan petani, pemerintahan baru nanti akan lebih banyak menunjang program-program yang memajukan sektor pertanian, dan tentunya kesejahteraan petani,” sebut Daniel.

Di Hari Tani Nasional ini, Daniel pun mengajak pemerintah, sektor wisata, akademisi, dan masyarakat luas untuk menciptakan ekosistem pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan.

“Dengan begitu sektor pertanian akan mampu menghadapi tantangan di masa depan. Kita harus memastikan bahwa desa-desa menjadi pusat kesejahteraan yang didukung oleh kekayaan alam, dan petani mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera," katanya.