Amerika Serikat Berupaya Cegah Eskalasi saat Israel-Hizbullah Terus Saling Serang

JAKARTA - Amerika Serikat tidak mendukung eskalasi antara Israel dan Hizbullah, saat saling serang lintas batas kedua belah pihak terus berlangsung usai hampir 500 orang tewas di Lebanon pada Hari Senin.

Serangan Israel terhadap target Hizbullah di Lebanon selatan, dibalas kelompok militan itu dengan menyerang fasilitas militer di Israel utara pada Hari Selasa.

Israel Defense Forces (IDF) mengklaim pihaknya menyerang puluhan target Hizbullah pada Senin malam.

Sementara, Hizbullah mengkalim menargetkan beberapa sasaran militer Israel, termasuk pabrik bahan peledak yang berposisi 60 kilometer di dalam wilayah Israel dengan roket Fadi pada Selasa dini hari, setelah sebelumnya menyasar lapangan terbang Megiddo tiga kali pada malam hari.

Serangan Israel pada Hari Senin yang menyebabkan 492 orang tewas dan puluhan ribu lainnya mengungsi di Lebanon, membuat Amerika Serikat bersama sekutu dan mitra membahas gagasan konkret untuk mencegah meluasnya perang.

Israel mengatakan peningkatan serangan udara baru-baru ini terhadap target-target Hizbullah di Lebanon, dirancang untuk memaksa kelompok itu menyetujui solusi diplomatik.

Namun, pejabat Departemen Luar Negeri AS, yang memberi pengarahan kepada wartawan di New York dengan syarat anonim, menepis posisi Israel ini, dengan mengatakan Pemerintahan Presiden Joe Biden berfokus pada "mengurangi ketegangan dan memutus siklus serangan-serangan balik."

"Saya tidak ingat, setidaknya dalam ingatan baru-baru ini, periode di mana eskalasi atau intensifikasi mengarah pada de-eskalasi fundamental dan mengarah pada stabilisasi situasi yang mendalam," kata pejabat itu.

Ketika ditanya apakah itu merupakan ketidaksetujuan dengan sikap Israel, pejabat AS itu mengangguk.

Konflik yang terus meningkat di perbatasan utara Israel dengan Lebanon menjadi fokus Menteri Luar Negeri Antony Blinken di sela-sela Sidang Umum PBB minggu ini.

Washington memiliki "gagasan konkret" untuk mencegah perang yang lebih luas dan akan mencari "jalan keluar" dari ketegangan, kata pejabat itu.

"Ini adalah evolusi dari diskusi-diskusi yang menjadi dasar kami mencoba untuk mendasarkan beberapa langkah praktis dan konkret yang akan memiliki peluang bagus untuk mengurangi ketegangan dan benar-benar mendapatkan daya tarik," terangnya.

Ketika ditanya apakah Washington yakin Israel sedang mempersiapkan invasi darat ke Lebanon, pejabat AS itu menolak untuk menjawab dengan pasti.

"Kami jelas tidak percaya invasi darat ke Lebanon akan berkontribusi untuk mengurangi ketegangan di kawasan itu," tandasnya.