Rencana Pensiun Gundogan Libatkan Ikatan Darah dan Emosional dengan Turki

JAKARTA - Ilkay Gundogan memang warga negara Jerman. Hanya saja, dia tidak bisa mengkhianati bahwa dalam dirinya mengalir penuh darah Turki.

Dia lahir di Gelsenkirchen, Rhine-Westphalia Utara, Jerman, 34 tahun lalu tepatnya pada 24 Oktober 1990. Kedua orang tua Gundogan merupakan orang Turki.

Awal mula Gundogan bisa lahir di Jerman karena sang kakek dari pihak ayah merupakan seorang pekerja tambang pindahan dari Balikesir, Turki, ke Ruhr (Jerman).

Karena sadar akan identitasnya, Gundogan sudah melemparkan isyarat tidak akan pensiun di Manchester City.

Gundogan menolak untuk mengesampingkan kemungkinan bergabung klub masa kecilnya Galatasaray hingga gantung sepatu.

Isyarat itu muncul setelah gelandang 34 tahun itu hanya menandatangani kontrak satu tahun saat kembali ke Etihad dari Barcelona pada Agustus 2024.

The Citizens memang memberikan opsi perpanjangan satu tahun. Namun, Gundogan sepertinya tak akan mengambil klausul tersebut.

Meskipun tumbuh besar di Jerman dan sempat bermain untuk Bochum, Borussia Dortmund, Nuremberg, hingga Schalke, Galatasaray akan menjadi pelabuhan berikut bagi Gundogan.

Sinyal Gundogan cabut dari Manchester City akhir musim depan dan bergabung Galatasary pun menguat meski saat ini dia bilang cuma fokus di Etihad.

"Jangan pernah berkata tidak (bergabung Galatasaray). Itu akan menjadi sesuatu yang membuat saya bangga."

"Namun, pada akhirnya, Anda harus melihat keadaan pada waktu tertentu. Kenyataannya adalah saya di sini bermain untuk klub terbaik dan tim sepak bola terbaik di dunia. Jadi, saya rasa tidak ada yang sebanding dengan itu saat ini," kata Gundogan di The Daily Mail.

Galatasaray yang merupakan juara Liga Turki (Super Lig) sebanyak 24 kali itu adalah timnya. Gundogan berasal dari keluarga pendukung klub berjuluk Aslan itu.

Karena orang tuanya lahir di Turki, akan ada unsur emosional untuk bermain di Galatasaray jika kesepakatan akhirnya terjadi.

"Saya merasa terhubung di sini (Istanbul Turki, markas Galatasaray). Saya memiliki segalanya di depan pintu saya. Saya, istri saya, anak saya, kami suka berjalan-jalan di sekitar kota, terutama saat sepi. Minum kopi atau kue kering."

"Orang-orangnya sangat baik. Kami diperlakukan dengan sangat hormat, orang-orang tersenyum kepada kami. Itulah sebabnya kami merasa sangat diterima dan nyaman serta bahagia di sini."

"Kota ini telah menjadi rumah kedua. Setelah Gelsenkirchen, kota ini adalah tempat saya menghabiskan sebagian besar waktu dalam hidup saya," ujar Gundogan lagi.