Bos PTPN Minta Pemerintah untuk Awasi Aktivitas Impor Gula saat Harga Global Anjlok
JAKARTA - Direktur Utama PTPN III, Abdul Ghani meminta pemerintah untuk mengawasi aktivitas impor gula, terutama saat harga gula dunia sedang mengalami penurunan drastis alias anjlok.
Abdul Ghani mengaku khawatir impor akan melonjak saat harga gula global turun. Jika hal tersebut terjadi, sambung dia, kondisi tersebut dapat mengganggu harga tebu petani di dalam negeri.
“Kami sudah minta kepada pemerintah ketika harga gula di luar negeri terlalu rendah, harus ada proteksi agar jangan sampai gula terlalu mudah masuk Indonesia,” tututnya dalam diskusi Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah, Jakarta, Senin, 23 September.
Ghani tak menampik, untuk menekan ketergantungan impor gula memang perlu meningkatkan produktivitas tebu petani di dalam negeri. Saat ini produktivitas tebu petani hanya 5 ton per hektare (ha).
“100 tahun lalu, tahun 1930, di Pulau Jawa ada 102.000 hektare (ha) tanaman tebu dengan produksi 3 juta ton. Artinya bisa 15 ton per ha. Kemudian sejak itu, terjadi penurunan terus,” tutur Ghani.
Ghani meyakini Indonesia bisa tidak lagi mengimpor gula konsumsi. Namun dengan catatan, produktivitas petani tebu di dalam negeri harus ditingkatkan.
“Saat ini luas pertanaman tebu kita di atas 500.000 ha. Kalau mengaca 100 tahun yang lalu, 500.000 ha produksinya 7,5 juta ton. Kalau produktivitas kita sekarang sama dengan 100 tahun lalu, kita tak perlu impor gula. Bahkan kita bisa ekspor, ini gambarannya,” ujar Ghani.
Lebih lanjut, Ghani mengaku PTPN sudah mempunyai program untuk meningkatkan produktivitas petani, dari 5 ton per ha, menjadi 8 ton per ha. Dia bilang untuk mencapai target itu, PTPN akan memasok varietas tebu terbaik ke petani-petani lokal hingga menerapkan teknologi pertanian.
“Jadi kami dalam empat tahun ke depan membangun petani dari mulai memberi varietas yang bagus, membangun teknologi pertanian yang bagus, dan perbaikan pabrik gula (PG) kami,” ujar Ghani.
Baca juga:
Ghani mengatakan pihaknya menargetkan produktivitas petani tebu bisa meningkat di 2028. Dengan begitu, dia bilang biaya pokok produksi bisa ditekan 50 persen dari Rp12.000 menjadi Rp6.000.
“Ketika produktivitas petani meningkat 50 persen, lalu ongkos produksi Rp6.000, maka otomatis petani akan berlipat-lipat pendapatannya, di situlah barangkali petani kita minta supaya menurunkan harga gulanya supaya konsumen mendapatkan harga gula yang bagus,” tuturnya.
Tak hanya itu, Ghani mengatakan PTPN juga berencana untuk meningkatkan luas tanam tebu dari 70.000 ha menjadi 100.000 ha. Target tersebut akan dicapai dengan membangun sarana pengairan sawah, bersamaan dengan waduk yang dibangun pemerintah.
“Kami juga melakukan pembangunan embung-embung, karena di pertanian kita isu air itu juga berat. Kami juga mendorong pemerintah membangun waduk-waduk, tapi dari sisi PTPN kita membangun embung-embung agar petani bisa menghadapi musim kemarau,” jelasnya.