Freeport Sebut Nilai Tambah Hilirisasi Tembaga hanya 3,5 Persen

JAKARTA - VP Government Relation PT Freeport Indonesia (PTFI), Harry Pancasakti mengungkapkan, nilai tambah dari hilirisasi produk tembaga masih cukup kecil, yakni berkisar antara 3,5 hingga 5 persen.

Menurutnya, jika dibandingkan dengan komoditas tambang lainnya seperti nikel atau bauksit, hilirisasi tembaga memiliki margin nilai yang berbeda, sementara nilai investasi yang digelontorkan tidak sedikit.

"Investasi yang diperlukan seperti yang kita sudah selesaikan di Gresik itu hampir Rp60 triliun. Jadi margin ini sangat kecil apabila dibandingkan dengan nilai tambah yang akan didapatkan," ujarnya, Selasa, 17 September.

Meski demikian, ia meyakini pada tahun 2025 Indonesia bisa menjadi salah satu dari 5 negara produsen katoda terbesar di dunia bersanding dengan China dan negara lainnya.

Ia menyebut, pada tahun 2025 dengan beroperasinya PT Smelting Gresik yang 65 persen dimiliki oleh Freeport Indonesia dan ditambah produksi dari Amman Mineral maka RI bisa menghasilkan 1,5 juta ton katoda

Ia menambahkan, tantangan lainnya yang harus dihadapi Freeport adalah sejak beroperasi sejak 1998, 50 persen katoda yang dihasilkan PT Smelting diekspor sehingga nilai tambah lebih banyak dinikmati negara pengimpor.

"Sejauh ini komitmen baru dari salah satu industri Copper Foil di kawasan ekonomi khusus Gresik sekitar 100.000 ton per tahun. Sisa 500.000 ton, kalau memang tidak ada konsumen dalam negeri, otomatis terpaksa harus kita ekspor dan ekspornya tidak jauh-jauh. Asia Tenggara tembaga dari Vietnam, Thailand dan juga Malaysia," beber dia.

Ia menambahkan, sejauh ini negara tetangga lebih banyak menikmati nilai tambah yang lebih besar dari produksi katoda tembaga.

"Jadi itu merupakan suatu challenge atau pandangan yang lebih besar dari hasil realisasi yang sudah kita upayakan sejauh ini dari sisi komunitas tembaga. Jadi bukan cuma sekedar menambah nilai untuk komunitas, tapi bagaimana demandnya sudah percaya, pasti ada, sangat besar, bahwa pemerintah memberikan bandat untuk bisa mengamankan permintaan dalam negeri dulu," pungkas dia.