Bos Pupuk Indonesia Ungkap Tantangan Hilirisasi Energi di Indonesia

JAKARTA - Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Rahmad Pribadi buka suara terkait tantangan yang dihadapi industri pupuk dalam transisi energi di Indonesia.

Dia mengakui, sejatinya dalam transisi energi, pihaknya memang menghadapi tantangan namun dirinya juga melihat ada peluang yang besar.

Dikatakan Rahmat, dalam menghasilkan pupuk berbasis gas alam atau urea, pihaknya menghasilkan amonia yang merupakan sumber energi yang tidak mengandung karbon atau transition fuel

"Tantangannya bukan pada pasar. Pasarnya besar sekali. Pertanyaan yang berikutnya adalah pada sumbernya, bahan bakunya. Kita punya pasar yang meningkat cukup besar, tapi apakah kita punya bahan bakunya? Nah, bahan baku sekarang ini gas alam," ujarnya dal Detik Leaders Forum, Selasa, 17 September.

Rahmat menyebut, gas alam sebagai bahan baku pembuatan pupuk merupakan non renewable energy sehingga industri pupuk memastikan jaminan pasok gas karena berperan penting dalam ketahanan pangan RI.

"Tentu kita tidak tinggal diam. Kita melakukan inovasi, merubah dari penggunaan gas alam sebagai main feed stock, kita akan coba rubah menggunakan yang berbasiskan renewable resources. Jadi tantangan hari ini yang terbesar ada pada kepastian pasokan bahan baku untuk di dalam negeri," beber dia.

Rahmat optimistis pasok gas masih ada karena SKK Migas bersama kontraktor migas terus menemukan sumber-sumber gas baru ditemukan di beberapa wilayah di Indonesia.

"Cuma ini kan namanya sektor hulu 3.000 itu yang cukup panjang. Nah, mudah-mudahan kecepatan pada antara discovery sampai produksi itu bisa menutup dari kebutuhan kita saat ini. Nah, itu yang kita harapkan," sambung Rahmat.

Untuk itu, dia memastikan, pihaknya terus menjalin kerja sama dengan pemerintah untuk memastikan ketersediaan pasokan gas bagi industri pupuk dalam negeri.