Mayoritas Suara Ridwan Kamil Pindah ke Dedi Mulyadi di Pilgub Jawa Barat

JAKARTA - Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis jajak pendapat mengenai tingkat keterpilihan bakal calon Gubernur Jawa Barat di Pilkada 2024. Hasilnya, bakal calon Gubernur yang diusung KIM, Dedi Mulyadi memperoleh elektabilitas tertinggi.

Dalam simulasi 8 nama yang memuat 4 bakal calon gubernur dan 4 bakal calon wakil gubernur, Dedi Mulyadi memiliki elektabilitas 74 persen. Angka ini naik pesat dibanding survei Indikator pada bulan Juli lalu yang berkisar 32 persen.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi menilai, kenaikan elektabilitas Dedi di Pilgub Jabar terjadi karena adanya perpindahan suara dari basis pemilih Ridwan Kamil (RK) yang kini mengikuti kontestasi Pilkada Jakarta.

Dalam survei Indikator pada Juli lalu, RK memiliki elektabilitas tertinggi, yakni 44,5 persen dalam simulasi 12 nama dan 45,6 persen dalam simulasi 6 nama.

"Dari data ini kita bisa simpulkan, untuk sementara basis pemilih Ridwan Kamil yang sebelumnya mendominasi di survei bulan Juli itu banyak yang lari ke Dedi Mulyadi," kata Burhanuddin dalam pemaparan survei secara daring, Kamis, 12 September.

Selain Dedi, bakal calon yang mendapat perpindahan suara dari basis pemilih RK di Pilgub Jabar yakni Ahmad Syaikhu yang diusung PKS. Namun, peningkatan elektabilitasnya tak sesignifikan Dedi.

"Ahmad Syaikhu itu ada kenaikan juga cukup lumayan, 1,5 persen di bulan Juli, di bulan september 2024 jadi 10,2 persen. kenaikan Dedi Mulyadi jaugh lebih tinggi ketimbang Ahmad Syaikhu," ungkap Burhanuddin.

Sementara itu, dalam simulasi 4 nama bakal calon Gubernur Jabar, elektabilitas Dedi di atas angin, yakni sebesar sebesar 77,3 persen. Selisih angka keterpilihan Dedi dengan bakal calon lainnya cukup jauh. Di bawah Dedi, elektabilitas tertinggi kedua yakni Ahmad Syaikhu sebesar 10,8 persen.

Lalu, Acep Adang Ruhiat memperoleh elektabilitas 2,2 persen dan Jeje Wiradinata 2,1 persen. Sementara, responden yang tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 7,7 persen.

"Jadi, memang tidak terlalu kompetitif, ya, sejauh ini," tutur Burhanuddin.