Sejak Ditutup Lebih dari 2 Bulan, Masjid di Beijing Mulai Gelar Jumatan
JAKARTA - Sejumlah masjid di Kota Beijing, China, mulai menggelar salat Jumat berjamaah setelah sempat ditutup lebih dari dua bulan. Hal itu akibat munculnya gelombang kedua COVID-19, yang menginfeksi ratusan warga di Shijiazhuang, Provinsi Hebei.
Kegiatan salat Jumat pun berlangsung seperti biasa dengan menerapkan protokol kesehatan.
Setiap anggota jamaah yang memasuki areal masjid harus melewati alat pemindai suhu tubuh dan pemindai kartu kesehatan digital (jiankang bao) yang disahkan oleh Pusat Pencegahan dan Penyakit Menular (CDC) Kota Beijing.
"Kegiatan salat Jumat dan aktivitas lainnya di masjid ini sudah mulai normal," kata Yusuf Hu selaku pengurus Masjid Nandouya, Beijing, ditemui usai salat Jumat dilansir Antara, Jumat, 26 Maret.
Pihak takmir juga telah memasang tanda jarak saf sesuai protokol kesehatan yang berlaku.
Baca juga:
- Benda Mirip Bom Ditemukan Dekat Rumah Deklarator KAMI Ahmad Yani, Gegana Turun Tangan
- Polri Pastikan Barang Mencurigakan di Depan Rumah Ahmad Yani Fake Bom, Pelaku Diburu
- Teror Bom Palsu di Rumah Ahmad Yani, Ada Baterai hingga Kabel Tapi Tak Ada Pemicu Ledakan
- Setelah Jadi Tersangka Sejak 2015, KPK Akhirnya Tahan Eks Dirut Pelindo II RJ Lino
Di Beijing, terdapat sekitar 76 unit masjid yang selama ini digunakan untuk kegiatan ibadah 600 ribu jiwa umat Islam yang didominasi etnis minoritas Muslim Hui.
Masjid-masjid di Beijing rata-rata merupakan bangunan kuno peninggalan Dinasti Ming dan Dinasti Qing atau sekitar tahun 1368 hingga 1912 bergaya arsitektur China klasik.
Sejak kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, pada akhir 2019, otoritas pemerintah China menerapkan sistem buka-tutup masjid dan rumah ibadah lainnya di seluruh wilayah China daratan.
Terakhir, rumah-rumah ibadah di China ditutup per 1 Januari 2021 setelah ditemukan kasus baru di Shijiazhuang yang kemudian menjalar ke kota-kota lain. Penutupan tersebut berlangsung lebih dari dua bulan.
Pembukaan kembali rumah-rumah ibadah itu dilakukan setelah otoritas setempat menilai program vaksinasi massal yang sudah menjangkau lebih dari 90 juta orang sejak awal Januari lalu berjalan efektif dalam mencegah pandemi.