Jokowi Ungkap Indonesia Tak Mau Kehilangan Momentum Ekonomi Hijau

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa tak mau kehilangan momentum untuk membentuk ekonomi hijau di Tanah Air. Lantaran saat ini mata dunia mulai mengarahkan masa depannya ke ekonomi hijau.

“Indonesia juga tidak ingin kehilangan momentum karena Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih dari 3.600 GW, baik dari energi air, angin, matahari, panas bumi, gelombang laut, dan bio energi,” tutur Jokowi pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus.

Jokowi menyampaikan untuk mencapai ekonomi hijau, harus terus konsisten dalam mengambil bagian dalam langkah dunia melakukan transisi energi secara hati-hati dan bertahap.

“Transisi energi yang ingin kita wujudkan adalah transisi energi yang berkeadilan, yang terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat,” ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyebut, penerapan ekonomi hijau di sektor industri akan menghasilkan peluang bisnis baru.

"Kami tahu bahwa pada saat menerapkan prinsip-prinsip ekonomi hijau, justru itu buat industri dan pelaku bisnis harusnya dan selayaknya memperoleh peluang bisnis baru," ujar Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti dalam acara Green Economy Expo 2024: Advancing Technology, Innovation and Circularity di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, dipantau secara daring pada Kamis, 4 Juli.

Amalia menyebut, penerapan ekonomi hijau di sektor industri perlu didorong agar pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan bisa segera terwujud. Hal ini berdasarkan pengalaman dari negara lain.

"Jadi, pada saat kami mendorong ekonomi hijau, (akan terbentuk) pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Bukan memperlambat pertumbuhan ekonomi, tetapi pengalaman dari negara lain yang menerapkan ekonomi hijau justru mendapat peluang baru," katanya.

Misalnya, kata Amalia, kalau saat ini di pasar global sudah semua orang ingin membeli produk yang sustainable dan punya tagline bahwa produk ini adalah green product, diharapkan perusahaan-perusahaan industri bisa menghasilkan produk tersebut.

"Ini adalah sustainable product atau green product, itu akan lebih dicari dibandingkan produk-produk yang tidak mencantumkan tagline itu. Ini sebenarnya kalau kami punya produk hijau, lalu sustainable. Kan, akan memiliki peluang pasar baru dibandingkan produk yang konvensional," ucap dia.