Jokowi Ungkap Inflasi RI Terjaga Dibandingkan Negara Lain
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan inflasi domestik tetap terkendali dalam target sasaran di kisaran 2 persen hingga 3 persen bila dibandingkan dengan negara lainnya.
“Inflasi juga terkendali di kisaran 2 persen-3 persen saat banyak negara mengalami kenaikan yang luar biasa, bahkan ada yang mencapai lebih dari 200 persen,” ujar Jokowi pada Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI yang digelar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Agustus.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juni 2024 tetap terjaga dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen.
Berdasarkan data BPS, inflasi IHK Juni 2024 tercatat deflasi sebesar 0,08 persen (mtm), sehingga secara tahunan menurun menjadi 2,51 persen (yoy) dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,84 persen (yoy).
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Erwin Haryono menyampaikan inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
"Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 2 Juli.
Erwin menyampaikan hal tersebut karena Inflasi inti pada Juni 2024 tercatat sebesar 0,10 persen (mtm), lebih rendah dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,17 persen (mtm).
Menurut Erwin inflasi inti yang lebih rendah tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang terjangkar, termasuk pada saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha, serta kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik.
Realisasi inflasi inti pada Juni 2024 disumbang terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan dan kopi bubuk. Secara tahunan, inflasi inti Juni 2024 tercatat sebesar 1,90 persen (yoy), menurun dari inflasi inti bulan sebelumnya sebesar 1,93 persen (yoy).
Sementara, kelompok volatile food pada Juni 2024 mengalami deflasi sebesar 0,98 persen (mtm), lebih dalam dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,69 persen (mtm).
Adapun, deflasi kelompok volatile food disumbang terutama oleh komoditas bawang merah, tomat dan daging ayam ras.
Erwin menyampaikan penurunan harga komoditas pangan didukung oleh peningkatan pasokan seiring dengan berlanjutnya musim panen dan penurunan harga pakan untuk komoditas daging ayam ras.
Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 5,96 persen (yoy), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 8,14 persen (yoy).
"Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan tetap akan terkendali didukung oleh sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah," ujarnya.
Selanjutnya, kelompok administered prices pada Juni 2024 mengalami inflasi sebesar 0,12 persen (mtm), meningkat dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,13 persen (mtm).
Baca juga:
Erwin menjelaskan inflasi kelompok administered prices disumbang terutama oleh inflasi sigaret kretek mesin (SKM) dan tarif angkutan udara seiring dengan berlanjutnya transmisi kenaikan cukai hasil tembakau, serta peningkatan mobilitas saat libur Iduladha.
Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 1,68 persen (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,52 persen (yoy).