Istri Mendiang Pemimpin Oposisi Rusia Navalny Tolak Temuan yang Menyebut Suaminya Meninggal karena Sakit

JAKARTA - Istri mendiang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny mengatakan pada Hari Kamis, penyidik telah memberitahunya perihal kematian sang suami di sebuah koloni penjara Arktik pada Bulan Februai disebabkan oleh komplikasi berbagai penyakit, hal yang ditolaknya karena dianggap tidak masuk akal.

Yulia Navalnaya mengatakan, dia akan menuntut penyelidikan kriminal atas kematian suaminya, yang dia anggap sebagai pembunuhan, sementara tim Navalny akan terus melakukan penyelidikannya sendiri.

Melalui media sosial, Yulia Navalnaya menerbitkan salinan surat resmi tiga halaman yang diterimanya minggu lalu, yang menyatakan tidak ada keadaan kriminal yang melatarbelakangi kematian suaminya dan karenanya tidak ada alasan untuk membuka penyelidikan.

Surat tersebut ditandatangani oleh Alexander Varapayev, pejabat investigasi yang sama yang, menurut Navalnaya, awalnya menolak untuk menyerahkan jenazah suaminya kepada ibunya kecuali jika ia setuju untuk menguburkannya secara rahasia - sebuah tuntutan yang ditolaknya.

Surat tersebut mengatakan, Navalny tiba-tiba jatuh sakit saat berjalan di halaman penjara, dan dibawa ke unit medis tempat staf mencoba menyelamatkannya dengan "pijat jantung tidak langsung dan pernapasan buatan" namun tidak berhasil. Tim darurat dikirim, tetapi juga tidak dapat menyelamatkannya.

Navalnaya mengatakan, versi tersebut adalah kebohongan dan upaya menutup-nutupi.

"Kita tahu betul bahwa ketika Alexei jatuh sakit, ia tidak dibawa ke unit medis, tetapi kembali ke sel hukuman. Ia sekarat di sana, sendirian. Ia dibawa ke unit medis dalam keadaan sudah tidak sadarkan diri. Pada menit-menit terakhir sebelum kematiannya, ia mengeluhkan sakit perut yang hebat. Mengapa semua ini tidak ada dalam resolusi Komite Investigasi?" tulisnya, melansir Reuters 16 Agustus.

Kendati demikian, ia tidak mengatakan bagaimana ia dan pendukung suaminya telah menetapkan urutan kejadian yang ia gambarkan.

Surat resmi tersebut mengatakan penyebab kematian Navalny adalah "kombinasi penyakit" yang disajikan dalam daftar panjang, mulai dari hipertensi dan pankreatitis hingga kerusakan pada tulang belakangnya dan keberadaan virus herpes di paru-paru dan limpa.

Dikatakan, pemicu kematiannya adalah peningkatan tekanan darah yang parah yang telah mengganggu ritme jantungnya dan membebani tekanan di bilik-biliknya.

Navalnaya mengatakan "setiap orang ketiga di Rusia" memiliki penyakit kronis seperti yang tercantum dalam laporan tersebut, dan "orang tidak meninggal tiba-tiba karena sesuatu seperti itu dalam waktu satu jam". Ia juga menentang diagnosis aritmia jantung.

"Ceritakan padaku, bagaimana Anda menemukan aritmia ini selama otopsi? Gangguan irama jantung tidak dapat dipastikan setelah kematian, dan semasa hidupnya Alexei tidak memiliki penyakit jantung apa pun," urainya.

Ia mengatakan, Navalny tampak bersemangat dan ceria saat muncul melalui tautan video di sidang pengadilan menjelang kematiannya.

Dan jika ia benar-benar menderita begitu banyak penyakit, tanyanya, lalu "mengapa orang yang sakit parah seperti itu dikirim ke sel hukuman dan ditahan di sana selama berbulan-bulan?"

Navalnaya menuntut dibukanya kasus pidana, meskipun ia mengatakan tidak akan ada penyelidikan selama Putin masih berkuasa.

"Oleh karena itu, kami akan terus menyelidiki sendiri," tulisnya, mendesak staf dan pejabat penjara untuk menghubungi timnya secara rahasia dan berjanji untuk membayar informasi baru apa pun.

Navalny (47) meninggal tiba-tiba pada tanggal 16 Februari, sehingga membuat oposisi Rusia kehilangan pemimpinnya yang paling karismatik dan populer.

Dia telah menjalani hukuman lebih dari 30 tahun atas tuduhan yang dia katakan dibuat-buat untuk membungkam kritiknya terhadap Presiden Vladimir Putin.

Kremlin dengan tegas menolak tuduhan para pendukung Navalny yang mengatakan Presiden Putin telah membunuhnya.