COVID-19 di Uganda: Ketika Doa Tetap Berlanjut di Rumah-Rumah
JAKARTA - Kebijakan Negara di dunia dalam mencegah penyebaran pandemi COVID-19 beragam. Ada yang memutuskan penutupan akses atau lockdown, serta ada pula yang membatasi aktivitas warga negaranya untuk menghidari kerumunan seperti yang terjadi di Uganda.
Jumat, 20 Maret, pemerintah Uganda melalui Presiden Museveni mengumumkan kepada warganya terkait larangan melakukan pertemuan dalam jumlah besar. Antara lain, termasuk acara pernikahan, beribadah ke gereja dan acara lainnya selama 32 hari ke depan dalam rangka meredam COVID-19.
Seperti dilansir CNN, Museveni berucap, "Doa-doa akan berlanjut, tetapi di rumah. Para pemimpin agama dapat menggunakan televisi, stasiun radio untuk terus berkhotbah. Yang Mulia, Paus Francis, seperti biasa, memberikan contoh yang baik dengan melakukan khotbahnya menggunakan televisi.”
Pun hal yang sama diimbau bagi mereka yang ingin melaksanakan acara pernikahan. Namun, bagi warga Uganda yang tak bisa menunda pernikahan, acara bahagia tersebut dapat berlanjut, asalkan dihadiri tak lebih dari sepuluh orang.
Sekalipun Uganda belum mendapati adanya kasus positif COVID-19, Museveni juga turut mengumumkan penutupan berbagai fasilitas umum, mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi. Musaveni ingin melakukan upaya pencegahan sedini mungkin agar COVID-19 tak masuk ke negara-negara di kawasan Afrika Timur.
Baca juga:
Upaya tersebut dilakukan menyusul kebijakan sebelumnya, yakni pembatasan perjalanan pada warga Uganda ke-16 negara yang memiliki kasus COVID-19 terbanyak, termasuk Amerika Serikat dan Inggris pada pekan lalu.
"Hingga saat ini, Uganda belum terdapat kasus virus corona. Tetapi negara tetangga, termasuk Kenya, Tanzania, dan Rwanda telah mengonfirmasi kasus-kasus virus itu pekan lalu. Sementara, Republik Demokratik Kongo telah mendaftarkan kasus virus corona seminggu sebelumnya," kata Museveni.
Meski begitu, arahan tak diberlakukan untuk beberapa fasilitas seperti bank, rumah sakit, supermarket, dan pasar. Lainnya, kantor-kantor yang masih beroprasi harus mematuhi standar kebersihan dan kesehatan.
Dalam upaya ini, pemerintah Uganda turut memerintahkan operator angkutan umum untuk memasang fasilitas cuci tangan di halte, guna memastikan para penumpang tetap terjaga kebersihannya.
"Jangan bepergian kecuali jika benar-benar diperlukan, jika Anda menggunakan transportasi umum,” tutup Museveni.