Kerusuhan di Venezuela Usai Maduro Klaim Menang Pemilu, 15 Orang Ditahan

JAKARTA - Penegak hukum Venezuela menahan 15 perusuh karena memblokir jalan, melakukan vandalisme, dan berupaya mengacaukan situasi di negara tersebut.

Jaksa Agung Venezuela Tarek Saab mengatakan sejumlah tahanan itu melakukan tindakan vandalisme dan membakar markas besar Partai Sosialis Bersatu Venezuela ketika orang-orang berada di dalamnya”.

Aparat penegak hukum menyita botol-botol berisi bahan peledak dan senjata dari pelaku kerusuhan lainnya.

"Kelompok sayap kanan ekstrem membenarkan para preman bayaran ini dan memasukkan para penjahat ke dalam daftar 'yang dianiaya secara politik'," sambung jaksa penuntut dilansir TASS, Selasa, 30 Juli.

Protes dan kerusuhan pecah di Caracas pada Senin, 29 Jul. Para pengunjuk rasa menuduh pihak berwenang mencurangi hasil pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Presiden petahana Nicolas Maduro.

Menteri Pertahanan Vladimir Padrino Lopez mengatakan lebih dari 20 prajurit terluka dalam kekerasan tersebut.

Venezuela mengadakan pemilihan presiden pada tanggal 28 Juli. Menurut Dewan Pemilihan Nasional, dengan 80 persen surat suara telah dihitung, presiden petahana Maduro memperoleh 51,2 persen suara.

Lawan utamanya, Edmundo Gonzalez, yang mewakili partai sayap kanan, memperoleh 44,2 persen. Sementara Corina Machado, salah satu pemimpin oposisi, menolak mengakui hasil pemilu, dan menyatakan Gonzalez sebagai pemenang.