Memberdayakan Generasi Muda dengan Berpikir Kritis untuk Merayakan Hari Anak Nasional

JAKARTA - Anak-anak adalah anugerah yang berharga bagi orang tua, juga untuk bangsa. Saat kita membangun bangsa untuk menghadapi tantangan masa depan, investasi terbesar yang dapat kita lakukan adalah memastikan bahwa anak-anak memiliki keterampilan, keberanian, dan empati untuk memajukan negara.

Indonesia selalu memberikan perhatian khusus pada pengembangan generasi mudanya. Tahun ini, Hari Anak Nasional (HAN) akan dirayakan pada tanggal 23 Juli 2024. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) telah mengidentifikasi enam poin utama untuk perayaan HAN tahun ini dengan tema: “Bergerak Bersama, Melanjutkan Merdeka Belajar.”

Enam subtema yang dipilih adalah: Suara Anak Membangun Bangsa; Anak Cerdas Berinternet Sehat; Pancasila di Hati Anak Indonesia; Anak Pelopor dan Pelapor; Anak Merdeka dari Kekerasan; Perkawinan Anak; Pekerja Anak, dan Stunting; dan Digital Parenting.

Terdapat banyak bidang yang sangat penting dalam perkembangan anak. Dalam hal ini, Pemerintah patut dipuji karena mengakui bahwa perkembangan anak harus mencakup sains dan memastikan bahwa mereka dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman serta terjamin untuk memastikan bahwa mereka berkembang menjadi individu yang berwawasan luas.

Indonesia telah membuat langkah besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan undang-undang, pemerintah harus mengalokasikan 20% dari anggaran tahunannya untuk sektor pendidikan yang telah menghasilkan peningkatan yang nyata dalam menyediakan akses yang lebih besar bagi jutaan anak Indonesia untuk mendapatkan pendidikan.

Selama beberapa tahun terakhir, fokus sekolah negeri dan swasta telah bergeser dari kuantitas ke kualitas. Di daerah perkotaan, sebanyak 84 persen anak usia sekolah dasar bersekolah, sementara di daerah pedesaan, jumlah anak usia sekolah dasar sebanyak 85 persen. Yang lebih penting, tidak ada kesenjangan gender yang signifikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Hasilnya, tingkat literasi negara ini telah mencapai 99,76 persen. Jumlah tersebut merupakan pencapaian yang mengesankan dan patut dirayakan, meskipun para pendidik dan pemerintah memastikan bahwa kaum muda kita lebih siap menghadapi apa yang akan terjadi di masa depan.

Tantangan ke depannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan menghasilkan anak-anak yang mampu berpikir kritis agar dapat menjadi anggota masyarakat produktif untuk memperoleh penghasilan yang layak. Pada abad ke-21, dengan munculnya kecerdasan buatan, pemikiran kreatif kini dianggap sebagai atribut terpenting bagi individu dan siswa.

Namun, apa sebenarnya pemikiran kreatif itu dan kenapa menjadi penting? Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru dan inovatif. Ini adalah keterampilan berharga yang dapat bermanfaat bagi siswa dalam semua aspek pendidikan mereka, mulai dari memecahkan masalah hingga komunikasi. Di luar keterampilan seperti matematika, membaca, dan menulis, berpikir kreatif memberdayakan siswa untuk berpikir di out of the box dan connect the dots.

Di sinilah Indonesia sedang berjuang dan memperbaiki kekurangan. Pada tahun 2022, ketika semua negara menghadapi dampak pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, hampir 700.000 siswa dari 81 negara anggota dan mitra ekonomi OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) mengikuti ujian Organisation for Economic Co-operation and Development (PISA). Untuk pertama kalinya, PISA mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa berusia 15 tahun, menilai kemampuan mereka untuk terlibat secara produktif dalam menghasilkan, mengevaluasi, dan meningkatkan ide.

Penting untuk dicatat bahwa keunggulan akademis bukanlah prasyarat untuk keunggulan dalam berpikir kreatif. Sementara sekitar setengah dari siswa yang memiliki tingkat berpikir kreatif tertinggi juga memperoleh nilai baik dalam matematika, banyak siswa yang tidak memperoleh nilai baik dalam matematika memperoleh nilai baik dalam berpikir kreatif. Namun, sangat sedikit siswa yang buruk dalam matematika yang unggul dalam berpikir kreatif.

Dalam daftar Kinerja Berpikir Kreatif OECD, Singapura memperoleh nilai tertinggi dengan skor rata-rata 41. Korea, Kanada, Australia, dan Selandia Baru masuk dalam 5 negara teratas dalam daftar tersebut.

Bagaimana dengan Indonesia? Negara ini berada di peringkat ke-6 dari bawah dengan skor 19. Hanya Filipina di antara negara-negara ASEAN yang berada di bawah Indonesia. Oleh karena itu, pertanyaan bagi para pendidik di Indonesia adalah bagaimana mereka dapat membangkitkan pemikiran kreatif dalam diri siswa dan memotivasi anak-anak untuk belajar?

Dapatkah pemikiran kreatif diajarkan di sekolah dan bagaimana seharusnya pemikiran itu diajarkan?

Jawabannya terletak pada perubahan cara untuk mengajar anak-anak. Saat kita menatap masa depan Indonesia dan tujuan nasional untuk menjadi negara maju pada tahun 2045, bagaimana cara mengajar anak-anak saat ini akan menentukan apakah Indonesia dapat mencapai tujuan tersebut. Karena semakin banyak pekerjaan yang diotomatisasi, sehingga kreativitas akan semakin diminati.

Jaspal Sidhu, Pendiri dan Ketua SIS dan Inspirasi Group of Schools. (Foto: Istimewa)

“Laju perubahan budaya semakin cepat dari sebelumnya,” menurut Liane Gabora, profesor madya psikologi dan studi kreatif di University of British Columbia. Saat kita menavigasi lingkungan yang kompleks dan perubahan sosial dan ekonomi di abad ke-21, sangat penting bagi siswa untuk menjadi inovatif, berjiwa wirausaha, dan menggunakan pemikiran kritis secara tepat sasaran.

Indonesia telah menapaki jenjang yang tinggi dalam hal menyediakan pendidikan dasar bagi kaum mudanya. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan pikiran mereka dengan tidak hanya mengisi mereka dengan fakta, tetapi juga mengajari mereka cara berpikir.

Untuk mencapai hal ini, seluruh sektor pendidikan; pemerintah, sekolah negeri, dan sekolah swasta harus bekerja sama.

=====

Penulis adalah Jaspal Sidhu, Pendiri dan Ketua SIS dan Inspirasi Group of Schools.