Berkat Digitalisasi, Pertamina Dinilai Mampu Jaga Kuota BBM Subsidi
JAKARTA - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menilai PT Pertamina (Persero) mampu menjaga kuota BBM subsidi tepat sasaran melalui sistem dan teknologi informasi yang digunakan perseroan tersebut.
“Oke sih. Melalui teknologi informasi, Pertamina bisa menjaga kuota BBM subsidi agar tepat sasaran. Meski tentu saja, tetap harus ditingkatkan,” kata Tauhid kepada media, di Jakarta, Jumat, 19 Juli.
Tauhid sependapat, penggunaan teknologi informasi tersebut bisa mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi.
Sebab, Pertamina bisa memastikan kendaraan mana saja yang boleh membeli BBM bersubsidi plus batasan volume yang boleh dibeli.
“Teknologi tersebut mendeteksi nomor kendaraan dan jenis yang boleh menggunakan BBM subsidi,” ucapnya.
Ke depan, Tauhid berharap, Pertamina bisa terus menjaga agar kuota BBM subsidi dan lebih tepat sasaran.
Salah satunya dengan melalui perbaikan dan peningkatan teknologi tadi.
Melalui upaya itu, sambung Tauhid, BUMN energi itu bisa lebih menekan risiko penyalahgunaan, termasuk kemungkinan penyalahgunaan barcode.
Dengan improvement teknologi, Tauhid berharap, bisa mendeteksi sejauh mana jarak yang sudah ditempuh kendaraan pengguna BBM subsidi itu.
Lalu, lanjut dia, apakah ada penambahan kuota BBM subsidi yang digunakan atau tidak. Dengan begitu bisa dipastikan BBM yang dibeli memang untuk kepentingan transportasi.
“Makanya, Pertamina tetap perlu melakukan penajaman dan meningkatkan teknologinya,” kata Tauhid.
Namun, Tauhid menilai, tidak cukup hanya dengan meningkatkan teknologinya. Dia mengusulkan agar penambahan pengawas eksternal.
Peningkatan pengawasan tersebut, lanjutnya, membuat Pertamina bisa semakin menjaga kuota BBM subsidi dan tepat sasaran.
“Ini untuk memperbaiki dan melengkapi teknologi di lapangan,” pungkas Tauhid.
Baca juga:
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati juga sudah mengungkapkan upaya Pertamina dalam menjaga kuota BBM subsidi dan agar tepat sasaran.
Nicke menyebut, dalam upaya tersebut di antara lain adalah Pertamina menggunakan teknologi informasi untuk memantau pembelian BBM bersubsidi di SPBU-SPBU secara real time.
Upaya tersebut, kata Nicke, dilakukan melalui pengembangan alert system yang mengirimkan exception signal dan dimonitor langsung dari command center Pertamina. Melalui sistem ini, data transaksi tidak wajar seperti pengisian di atas 200 liter Solar untuk satu kendaraan bermotor atau pengisian BBM bersubsidi kepada kendaraan yang tidak mendaftarkan nomor polisi (nopol) kendaraannya akan termonitor langsung oleh Pertamina.