Bos Bitwise Prediksi Harga Ethereum Bisa Tembus Rp80 Juta

JAKARTA - Matt Hougan, Chief Investment Officer (CEO) di Bitwise, memprediksi bahwa Ethereum (ETH) dapat mencapai harga tertinggi baru setelah peluncuran exchange-traded fund (ETF) untuk Ethereum. Hougan mengantisipasi aliran modal yang signifikan ke dalam Ethereum, mirip dengn yang terjadi pada Bitcoin ETF, yang dapat mendorong harga ETH hingga 5.000 dolar AS (Rp80.000.000).

Harga Ethereum saat ini masih tertinggal dibandingkan Bitcoin dan beberapa altcoin lainnya. Pada pertengahan Maret, harga ETH nyaris menyentuh 4.000 dolar AS (Rp64.000.000), sementara Bitcoin mencapai rekor tertinggi baru, begitu pula dengan Stacks (STX) dan Binance Coin (BNB) pada bulan Juni.

Prediksi Matt Hougan: Apa Dasarnya?

Hougan mendasarkan proyeksinya pada prinsip ekonomi dasar penawaran dan permintaan. Dia menjelaskan bahwa peluncuran ETF untuk ETH akan memperkenalkan ETH kepada kelas investor baru, atau dengan kata lain, sumber permintaan baru. Bitcoin mengalami kenaikan 25% sejak peluncuran Bitcoin ETFs, dan Hougan percaya Ethereum dapat mengalami dampak yang serupa, jika tidak lebih besar.

Hougan memperkirakan ETF Ethereum akan menarik lebih dari 15 miliar dolar AS (Rp240 triliun) dalam aset baru dalam 18 bulan pertama, yang berpotensi mendorong harga ETH di atas harga saat ini sekitar 3.400 dolar AS (Rp54.400.000) dan menantang serta melampaui 5.000 dolar AS (Rp80.000.000).

BACA JUGA:


Kemudian, yang kedua, Hogan menilai tingkat  inflasi menjadi faktor penentu selain supply and demand. Tingkat inflasi Ethereum saat ini adalah 0%, dibandingkan dengan Bitcoin yang sebesar 1,7%. Kurangnya pasokan baru dan tingginya permintaan dapat mendorong harga ETH naik. Selain itu, peningkatan aktivitas di jaringan Ethereum menyebabkan konsumsi ETH yang lebih tinggi.

Pandangan optimis ini mencakup tingkat inflasi jangka pendek yang lebih rendah, perilaku penjualan yang tidak wajib dari para staker ETH, dan bagian substansial dari ETH yang di-stake atau terkunci dalam kontrak pintar atau smart contract.

Lalu, dasar yang ketiga adalah Staking vs. Mining. Di mana para staker ETH, tidak seperti penambang BTC, tidak perlu menjual hadiah mereka untuk menutupi biaya, mengurangi tekanan jual. Ethereum menggunakan sistem proof-of-stake di mana staker mendapatkan hadiah tanpa biaya tinggi, berbeda dengan proses penambangan Bitcoin yang memerlukan energi tinggi. Namun, perlu dicatat bahwa tidak ada aplikasi ETF ETH yang mencakup staking.

Faktor pertimbangan yang terakhir adalah token terkunci di DeFi. Sekitar 28% dari ETH di-stake dan tidak tersedia untuk dijual, dengan tambahan 13% terkunci dalam kontrak keuangan terdesentralisasi (DeFi). Ini berarti sekitar 40% dari seluruh ETH tidak beredar di pasar, yang semakin membatasi pasokan dan berpotensi mendorong harga lebih tinggi.

Hougan memperkirakan ETF Ethereum yang baru akan mengumpulkan 15 miliar dolar AS (Rp240 triliun) dalam aset dalam waktu 18 bulan, berpotensi mendorong ETH untuk menembus rekor tertingginya sebelumnya sekitar 3.400 dolar AS (Rp54.400.000). Mengingat dinamika saat ini dan permintaan yang diharapkan, kemungkinan besar ETH akan melampaui rekor lamanya.