Membandingkan Kasus Indonesia di All England dengan Klub West Ham United, Kok Beda Nasib?
JAKARTA - Tim Indonesia dipaksa mundur dari All England 2021 lantaran satu pesawat dengan penumpang anonim yang positif COVID-19. Sesuai regulasi pemerintah Inggris, jika berada pada pesawat yang sama dengan orang yang positif COVID-19, maka diharuskan menjalani isolasi selama 10 hari.
Sekarang, kita bandingkan dengan sepak bola, khususnya dengan kompetisi Liga Premier Inggris. Ada beberapa kasus positif COVID-19 yang muncul di strata tertinggi kompetisi sepak bola Negeri Ratu Elizabeth, salah satu yang paling bisa dijadikan perbandingan adalah kasus West Ham United.
Pelatih David Moyes dan dua pemainnya; Issa Diop dan Josh Cullen didiagnosis positif COVID-19 saat menjalani pemanasan menjelang laga melawan Hull City di Carabao Cup pada September lalu. Mereka langsung diminta pulang dan menjalani isolasi mandiri. Sementara, pemain lain tidak ada yang diisolasi.
Ini terjadi hanya 70 menit sebelum kick-off dan bisa dipastikan bahwa Moyes, Diop dan Cullen berada dekat dengan para pemain dan staf pelatih lain saat itu. Tapi, dilansir Daily Mail, pertandingan tidak dibatalkan. Bahkan West Ham tidak diskualifikasi.
Baca juga:
- BWF Sebut Keputusan Mundurnya Indonesia dari All England Tidak Bisa Diubah
- Pebulu Tangkis Turki Neslihan Yigit Satu Pesawat dengan Tim Indonesia, Kok Enggak WO?
- Perseteruan Panjang Indonesia dengan Presiden BWF yang Dianggap Biang Mundurnya Tim Garuda dari All England
- BWF Tak Ungkap Nama Penumpang yang Positif COVID-19, PBSI: Tidak Masuk Akal, Pemain Turki Tetap Dibiarkan Bertanding
Bukankah kasus ini mirip dengan tim Indonesia di All England? Mereka dikatakan kontak dekat dengan orang yang positif COVID-19, tapi semua diisolasi (kecuali empat orang yang tidak dikirimi email oleh Layanan Kesehatan Nasional NHS) dan dipaksa mundur dari turnamen.
Oke, mungkin kasus West Ham terjadi tahun lalu. Enam bulan silam. Tapi nyatanya, protokol kesehatan yang diterapkan Inggris untuk atlet profesional masih sama. Pada 15 Maret kemarin, Liga Premier mengeluarkan siaran pers resmi terkait protokol kesehatan. Lihat di bawah:
"Liga Premier hari ini dapat mengonfirmasi bahwa antara Senin 8 Maret dan Minggu 14 Maret, di dua putaran pengujian, 2.664 pemain dan staf klub diuji untuk COVID-19.
Dari jumlah tersebut, ada dua tes positif baru. Pemain atau staf klub yang dites positif akan melakukan isolasi diri selama 10 hari.
Liga Premier Inggris menyediakan informasi gabungan ini untuk tujuan integritas dan transparansi kompetisi.
Tidak ada rincian spesifik mengenai klub atau individu yang akan diberikan oleh Liga dan hasilnya akan dipublikasikan setiap pekan."
Demikian bunyi pernyataannya. Jelas sekali, isolasi hanya untuk kasus positif.
Sepak bola, yang jelas-jelas melakukan kontak fisik, beradu kaki, tarik-tarikan kaos, hingga membuang ludah masih diizinkan berlanjut, di hari yang sama, dengan cara yang normal. Padahal, para pemain West Ham memiliki kontak dekat dengan kasus positif COVID-19: Moyes, Diop dan Cullen.
Bukankah ini lebih berisiko dibandingkan dengan tim Indonesia di All England yang disebut satu pesawat dengan penumpang 'misterius' yang positif COVID-19? Apalagi, dilansir dari Badminton Talk, atlet Indonesia yang bertanding pun sudah dalam “semi-bubble” turnamen All England dan semua melalui protokol kesehatan yang ketat dengan tes PCR berkala.