Wamenlu Rusia Nilai AS Tinggalkan Perjanjian Pembatasan Senjata untuk Mengancam China

JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Hari Senin mengatakan, langkah Amerika Serikat untuk menarik diri dari perjanjian pengendalian senjata era Soviet dilakukan agar Washington dapat mulai membuat senjata untuk mengintimidasi China.

Presiden saat itu Donald Trump mengatakan pada tahun 2018, Negeri Paman Sam akan menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (Perjanjian INF), yang ditandatangani oleh Ronald Reagan dan Mikhail Gorbachev pada tahun 1987, melarang penggunaan rudal berbasis nuklir dan senjata lainnya oleh kedua negara.

Wamenlu Ryabkov mengatakan kepada International Life, publikasi resmi kementerian mengatakan, alasan keputusan Washington, kini telah "terungkap dengan kejelasan yang mutlak dan tak terbantahkan".

Washington secara resmi menarik diri dari perjanjian tersebut pada Bulan Agustus 2019.

"Amerika perlu menarik diri dari perjanjian tersebut untuk menciptakan sistem semacam itu guna mengintimidasi Republik Rakyat Tiongkok," kata Wamenlu Ryabkov, melansir Reuters 8 Juli.

"Dan bukan suatu kebetulan baru-baru ini kita telah melakukan diskusi yang sangat intensif tentang kapan dan di mana Amerika akan mulai mengerahkan senjata jarak menengah mereka di kawasan Asia-Pasifik. Ya, di Eropa juga, tetapi terutama di kawasan Asia-Pasifik," katanya.

Bulan lalu, Presiden Vladimir Putin mengatakan, Rusia akan terus mengembangkan persenjataan nuklirnya, yang merupakan yang terbesar di dunia, sebagai penangkal dan sekaligus menjaga keseimbangan kekuatan di dunia.

Presiden Putin menyampaikan hal itu di Kremlin dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh para lulusan akademi militer, polisi, dan badan intelijen.

"Kami berencana untuk mengembangkan triad nuklir lebih lanjut sebagai jaminan pencegahan strategis dan untuk menjaga keseimbangan kekuatan di dunia," kata Presiden Putin

Pekan lalu, Presiden Putin mengatakan Rusia siap untuk mulai memproduksi rudal jarak pendek dan menengah sebagai respons atas tindakan Amerika Serikat, usai mengikuti pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Astana, Kazakhstan.

"Saya mengatakan, sehubungan dengan penarikan Amerika Serikat dari perjanjian itu (Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty - INF) dan pengumuman mereka memulai produksi, kami juga mempertimbangkan kami memiliki hak untuk memulai penelitian, pengembangan dan produksi di masa depan. Kami melakukan penelitian dan pengembangan seperti itu, kami siap untuk memulai produksi," katanya, dilansir dari TASS.

"Kami telah memberikan tugas yang relevan kepada industri ini sebagai hal yang prinsip," sambungnya.

Presiden Putin menambahkan, Moskow dapat memberikan respons yang mirip dengan cermin jika rudal jarak pendek dan menengah AS ditempatkan di wilayah mana pun di dunia, kata Putin.

"Semuanya tetap seperti yang kami katakan," tegasnya.

Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mengemukakan dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan Rusia pada tanggal 28 Juni, setelah penarikan Washington dari Perjanjian INF pada tahun 2019, Moskow telah mengumumkan moratorium penyebaran rudal tersebut selama AS menahan diri untuk tidak menyebarkannya ke wilayah mana pun di dunia.