Penjaga Pantai China Usir Kapal Ikan Jepang di Dekat Pulau Diaoyu yang Disengketakan

JAKARTA - Penjaga pantai China mengatakan pihaknya mengambil "langkah-langkah pengendalian yang diperlukan" dengan "mengusir" empat kapal penangkap ikan Jepang dan beberapa kapal patroli yang memasuki "perairan teritorial" Kepulauan Diaoyu antara 20-24 Juni.

Perairan di sekitar pulau-pulau tersebut disengketakan dan diklaim oleh China dan Jepang, yang menyebutnya Kepulauan Senkaku. Kedua pihak saling berhadapan di perairan tersebut, mengerahkan kapal patroli dan mendesak pihak lain untuk meninggalkan daerah tersebut

“Kami mendesak Jepang untuk segera menghentikan semua aktivitas ilegal di wilayah tersebut dan memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali,” kata juru bicara penjaga pantai Tiongkok dalam pernyataan dilansir Reuters, Senin, 24 Juni.

Sebelumnya, ketegangan antara China dan Filipina terjadi di Laut China Selatan.

Seorang pelaut Filipina menderita luka serius setelah apa yang digambarkan oleh militer Filipina sebagai "serudukan berkecepatan tinggi yang disengaja" oleh Penjaga Pantai China, yang bertujuan untuk mengganggu misi pasokan pasukan yang ditempatkan di Second Thomas Shoal pada 17 Juni.

Filipina pun menggambarkan insiden ini sebagai aksi bajak laut karena penjaga panatai China membawa kapak dan benda tajam lainnya saat menaiki kapal Filipina.

Kementerian Luar Negeri China membantah pernyataan Filipina. Juru bicaranya mengatakan tindakan yang diambil oleh penjaga pantai adalah tindakan yang sah dan profesional.

“Kami melihat kejadian terbaru di Ayungin bukan sebagai kesalahpahaman atau kecelakaan. Ini adalah tindakan yang disengaja dari pejabat China untuk menghalangi kami menyelesaikan misi kami,” kata Teodoro, menggunakan nama lokal untuk Second Thomas Shoal.

“Itu adalah penggunaan kekuatan yang agresif dan ilegal. Namun kami terus mencari solusi damai terhadap masalah ini,” kata Teodoro.

Teodoro mengatakan Filipina akan terus menambah pasokan pasukannya yang ditempatkan di kapal perang berkarat yang berlabuh di Second Thomas Shoal.

Menanggapi pernyataan Teodoro, Kementerian Luar Negeri China mengatakan Filipina “harus menghentikan pelanggaran dan provokasinya” dan “bekerja sama dengan Tiongkok untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan”