Rusia Nilai Pentingnya Dialog dengan Amerika Serikat, Tapi Konflik Ukraina Harus Masuk Agenda

JAKARTA - Rusia melihat kebutuhan mendesak untuk perundingan keamanan dengan Amerika Serikat, tetapi itu harus "komprehensif" dan mencakup masalah Ukraina, kata Kremlin pada Hari Jumat.

"Tidak mungkin untuk menyingkirkan segmen-segmen individual dari kompleks umum masalah yang terakumulasi, dan kami tidak akan melakukan ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ketika ditanya apakah Moskow siap untuk berbicara dengan Washington tentang risiko nuklir, melansir Reuters 21 Juni.

"Jadi kami terbuka untuk berdialog, tetapi untuk dialog yang luas dan komprehensif yang mencakup semua dimensi, termasuk dimensi terkini yang terkait dengan konflik di sekitar Ukraina, yang terkait dengan keterlibatan langsung AS dalam konflik ini," lanjut Peskov kepada wartawan.

Amerika Serikat menolak pendapat Rusia bahwa dengan mempersenjatai Ukraina, negara itu telah menjadi protagonis langsung dalam perang yang bertujuan untuk menimbulkan "kekalahan strategis" yang menghancurkan bagi Moskow. Negeri Paman Sam mengatakan, setiap negosiasi mengenai perang adalah masalah Ukraina.

Sikap Rusia, sebagaimana digariskan oleh Peskov, bukanlah hal baru. Namun, ia mengatakan kepada wartawan bahwa daftar topik yang perlu dibahas Rusia dan Amerika Serikat terus bertambah.

"Secara keseluruhan, dialog ini sangat dibutuhkan," kata Peskov.

"Dialog ini dibutuhkan karena masalah terus menumpuk, dan ada banyak masalah yang terkait dengan arsitektur keamanan global," lanjutnya.

Dari sudut pandang Washington, Presiden Putin-lah yang, pada tahun ketiga perang di Ukraina, menambah daftar masalah keamanan.

Minggu ini, Ia mengunjungi Korea Utara yang memiliki senjata nuklir, menandatangani perjanjian pertahanan bersama dengan pemimpinnya Kim Jong-un, mengatakan ia mungkin akan memasok senjata Rusia ke Korea Utara sebagai tanggapan atas persenjataan Ukraina oleh Barat.

Presiden Putin juga menegaskan kembali pada Hari Kamis, ia sedang mempertimbangkan untuk meninjau kembali doktrin Rusia tentang penggunaan senjata nuklir.

Diketahui, perjanjian pengendalian senjata terakhir yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Rusia dan Amerika Serikat akan berakhir pada tahun 2026.