VinFast Tunda Pembukaan Pabrik di AS karena Penjualan yang Lambat

JAKARTA - Masalah kembali menghampiri pabrikan otomotif dari Vietnam, VinFast. Kemungkinan mereka akan menunda pembukaan pabrik di North Carolina, Amerika Serikat (AS).

Melansir dari Carscoops, Jumat, 31 Mei, disebutkan investasi yang memakan biaya 4 miliar dolar AS (Rp64,9 triliunan) awalnya akan dibuka pada Juli ini, namun akan ditunda hingga 2025 dan bahkan berpotensi untuk diundur untuk yang kedua kalinya.

Pembangunan pabrik tersebut telah direncanakan sebelum pabrikan mulai menjual kendaraan listriknya di negeri Paman Sam pada 2022 lalu. Sayangnya, rencana ambisius ini harus ditunda karena VinFast kesulitan untuk menjual kendaraannya di AS.

Sumber yang tidak disebutkan namanya, telah menjelaskan penundaan rencana ini namun belum jelas kapan dimulainya operasional pabrik. Seorang juru bicara di North Carolina mengungkapkan bahwa perusahaan telah merevisi ukuran pabrik sebanyak dua kali, yang terakhir dilakukan pada bulan April dan masih dalam peninjauan.

Selama tahun 2023 lalu, VinFast hanya berhasil menjual kendaraan kurang dari 1.000 unit di negara dengan ibu kota Washington, D.C ini.

Secara global, VinFast menargetkan penjualan sebanyak 100.000 unit pada tahun ini atau dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pencapaian pada tahun lalu.

Pada kuartal pertama tahun ini, VinFast hanya menjual kurang dari 10.000 kendaraan. Perusahaan menyebut bahwa fenomena awal tahun bisnis yang lambat mempengaruhi penjualan kendaraannya. Namun, perusahaan telah meluas ke berbagai pasar baru, mencakup Thailand dan Indonesia.

VinFast juga sedang membangun dua pabrik baru, satu berlokasi di Batang, Jawa Tengah, Indonesia serta satu lagi akan di India dan akan dibuka operasionalnya pada 2026 mendatang.

Di Indonesia, VinFast telah memasarkan salah satu kendaraannya, VF e34 untuk pasar Indonesia. Crossover ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp315 juta On The Road DKI Jakarta, namun belum termasuk baterai di tanah air.

Pabrikan menerapkan sistem sewa baterai pada model ini di Indonesia dengan biaya mulai dari Rp1,5 juta per bulan untuk menempuh jarak tempuh hingga 3.000 km dan Rp2,6 juta untuk jarak lebih dari 3.000 km.