Rupiah Kembali Berpotensi Melemah,  Kekhawatiran Inflasi AS dan Geopolitik Meningkat

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 31 Mei 2024 diperkirakan akan kembali bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis, 30 Mei 2024, Kurs rupiah spot di tutup melemah 0,65 persen ke level Rp16.265 per dolar AS. Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,57 persen ke level harga Rp16.253 per dolar AS. 

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan sebagian besar pedagang tetap bias terhadap greenback akibat serangkaian sinyal hawkish dari Federal Reserve, karena para pejabat memperingatkan bahwa mereka memerlukan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi sedang mereda.

Selain itu, beberapa pejabat The Fed juga menandai kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, jika inflasi tetap stabil.

"Revisi data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama akan dirilis pada hari Kamis, dan diperkirakan akan menunjukkan ketahanan ekonomi AS yang berkelanjutan. Kekuatan perekonomian memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama," jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Jumat, 31 Mei.

Ibrahim menyampaikan fokus utama minggu ini adalah data indeks harga PCE, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed. Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan inflasi yang tetap stabil hingga bulan April yang akan dirilis pada hari Jumat. Beberapa pejabat Fed juga akan menyampaikan pidatonya dalam beberapa hari mendatang.

Selain itu, tensi geopolitik di Timur Tengah terus meningkat paska pasukan Israel menguasai zona penyangga di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Dengan demikian, Israel memiliki otoritas efektif atas seluruh perbatasan darat wilayah Palestina.

Selain itu, Israel juga terus melakukan serangan mematikan di Rafah, meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional untuk mengakhirinya. Rafah merupakan tempat setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza sebelumnya mengungsi. 

Dari sisi internal, pasar merespon negatif terhadap posisi utang pemerintah pada April 2024 mencapai Rp8.338,43 triliun atau setara dengan 38,64 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Posisi utang tersebut meningkat dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8.262,10 triliun atau setara dengan 38,79 persen dari PDB.

Berdasarkan Buku APBN Kita Edisi Mei 2024, dijelaskan bahwa mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,18 persen, sejalan dengan kebijakan umum pembiayaan utang yang mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap. 

Berdasarkan instrumennya, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 87,94 persen. Jika dirincikan, per akhir April 2024, lembaga keuangan memegang sekitar 43,3 persen kepemilikan SBN domestik, terdiri dari perbankan 24,5 persen dan perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 18,8 persen.  

Lebih lanjut, kepemilikan SBN domestik oleh Bank Indonesia sekitar 21,3 persen yang antara lain digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Sementara itu, asing tercatat hanya memiliki SBN domestik sekitar 13,8 persen termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing. 

Oleh karena itu, pemerintah menyatakan tetap konsisten mengelola utang secara cermat dan terukur dengan menjaga risiko suku bunga, mata uang, likuiditas, dan jatuh tempo yang optimal. Sedangkan rasio utang pemerintah hingga April 2024 yang mencapaai 38,64 persen masih terjaga di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.   

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Jumat, 31 Mei 2024 dalam rentang harga Rp16.250 - Rp16.330 per dolar AS.