Ada 3.656 WNI di Timur Tengah, KBRI di Sejumlah Negara Tetapkan Status Siaga dan Siapkan Rencana Kontijensi
JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di sejumlah negara Timur Tengah telah menetapkan status siaga dan menyiapkan rencana kontijensi, seiring dengan perkembangan situasi yang terjadi di Jalur Gaza, Palestina.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan, konflik di Gaza memiliki potensi kemungkinan eskalasi di beberapa titik. Karenanya, sesuai SOP, ada rencana kontijensi yang dibangun oleh masing-masing perwakilan yang ada di Timur Tengah, sebagai antisipasi jika ada eskalasi yang membahayakan WNI.
"Saat ini KBRI Amman (Yordania) menetapkan wilayah Israel dan Palestina siaga 1, KBRI Teheran (Iran) menetapkan wilayah Teheran siaga 2, KBRI Beirut menetapkan Lebanon selatan siaga 1, untuk wilayah Lebanon lainnya termasuk Beirut siaga 2," ujar Judha dalam keterangan pers di Jakarta 29 Mei.
"Untuk posisi WNI, jumlah WNI di Israel 130 WNI, di Gaza 8 WNI, Suriah 2.361 WNI, Lebanon 217 WNI, Iran 387 WNI dan Irak 553 WNI," ungkap Judha.
Ditambahkannya, itu adalah data WNI yang tercatat oleh KBRI dan ada kemungkinan WNI yang tidak melaporkan diri di negara-negara tersebut.
Judha menambahkan, dalam konteks perlindungan, semua perwakilan di Timur Tengah telah mengadakan persiapan.
"Kita tidak pernah mengharapkan rencana kontijensi tersebut digunakan, namun sebagai sebuah SOP, semua perwakilan sudah memiliki rencana kontijensi," kata Judha.
"Kemlu secara khusus sudah mengadakan pertemuan dengan perwakilan untuk mengadakan koordinasi, mengantisipasi jika terjadi eskalasi situasi lebih lanjut yang membahayakan warga negara kita," tambahnya.
Baca juga:
- Jerman dan Prancis Sebut Ukraina harus Diizinkan untuk Menyerang Wilayah Rusia, Tapi Tidak Ingin Eskalasi
- Menhan Ukraina Sebut Jet Tempur F-16 Segera Tiba, Tapi Banyak Bantuan Lain yang Terlambat
- Gedung Putih: Israel Mengatakan Gunakan Bom Berpemandu Presisi, Jika Benar, Ada Upaya Hati-hati
- AS Bilang Serangan Israel di Rafah Tidak Melanggar Garis Merah dan Tak akan Mengubah Kebijakan
Perang di Gaza yang sudah memasuki hari ke-236 belum menunjukkan tanda akan mereda, saat Israel memperluas operasi militernya ke Rafah, meski mendapat kecaman dari dunia internasional dan perintah Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikan operasi di Rafah pekan lalu.
"Indonesia sejak awal meminta negara-negara yang ada di Timur Tengah dan aktor-aktor lain yang memiliki pengaruh terhadap situasi keamanan di Timur Tengah, untuk menghindari terjadinya eskalasi dan perluasan konflik," ujar Juru Bicara Kemlu Lalu M. Iqbal.
"Ini yang selalu disampaikan Indonesia dalam berbagai pertemuan, hindari eskalasi dan perluasan konflik yang terjadi di Gaza," tambahnya.