Presiden Prancis Terbang ke Kaledonia Baru Buntut Kerusuhan Tuntut Kemerdekaan Tewaskan 6 Orang
JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron terbang ke Kaledonia Baru buntut kerusuhan di wilayah yang dikuasai Prancis tersebut tewaskan enam orang.
Kericuhan melanda Kaledonia Baru selama berhari-hari di antaranya imbas tuntutan kemerdekaan penduduk asli setempat Kanak.
Macron memutuskan bakal menempuh perjalanan pulang-pergi sejauh lebih dari 33.000 kilometer ke wilayah kepulauan di timur Australia itu.
“Dia [Macron] akan pergi ke sana malam ini,” kata juru bicara pemerintah Prancis, Prisca Thevenot setelah rapat Kabinet pada Selasa 21 Mei waktu setempat, dikutip dari NBC News, Rabu 22 Mei.
Sebanyak enam orang tewas, termasuk dua polisi, dan ratusan lainnya terluka di Kaledonia Baru ketika kerusuhan diwarnai penjarahan dan pembakaran.
Telah terjadi ketegangan selama beberapa dekade antara penduduk asli Kanak yang menginginkan kemerdekaan bagi negara kepulauan berpenduduk 270.000 jiwa tersebut. Namun, keturunan Prancis serta pihak lain yang telah menetap di pulau tersebut dan ingin tetap menjadi bagian dari Prancis.
Bentrokan antara aparat dengan masyarakat setempat ini menimbulkan pertanyaan baru tentang cara Macron menangani kawasan yang merupakan warisan kolonial Prancis itu.
Baca juga:
Kericuhan meletus pada 13 Mei di Kaledonia Baru ketika badan legislatif Prancis di Paris membahas amandemen Konstitusi Prancis untuk mengubah daftar pemilih di Kaledonia Baru.
Para penentang amandemen ini khawatir tindakan tersebut akan menguntungkan politisi pro-Prancis di Kaledonia Baru dan semakin meminggirkan suku Kanak yang pernah menderita akibat kebijakan segregasi yang ketat dan diskriminasi yang meluas.
Kericuhan tersebut menjadi yang paling parah mengguncang Kaledonia Baru sejak tahun 1980-an, ketika Prancis juga memberlakukan tindakan darurat di pulau yang menjadi milik Prancis pada tahun 1853 di bawah pemerintahan Kaisar Napoleon III.
Paris Rabu lalu diumumkan keadaan darurat minimum selama 12 hari di Kaledonia Baru. Sebanyak 1.000 bala bantuan dikerahkan untuk memperkuat pasukan keamanan yang kehilangan kendali atas sebagian ibu kota Kaledonia Baru, Noumea.