Waisak 2024, 40 Biksu Asal Thailand hingga Malaysia akan Jalani Prosesi Thudong dari TMII ke Borobudur

JAKARTA - Sebanyak 40 biksu asal Thailand, Singapura, Indonesia dan Malaysia akan menjalani prosesi thudong dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur, menuju Candi Borobudur pada 14 Mei mendatang.

Adapun thudong adalah perjalanan spiritual atau religi para bhikkhu yang dilakukan dengan berjalan kaki ribuan kilometer (km) untuk merenungkan sifat-sifat luhur Buddha.

Direktur Pemasaran dan Pengembangan Bisnis InJourney Destination Management, Hetty Herawati mengatakan bahwa para bhikkhu akan sampai di Candi Borobudur sebelum perayaan Hari Raya Waisak 2024.

“Kegiatan Biksu Thudong akan dilepas di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Selasa, 14 Mei 2024. Selanjutnya, para Bhikku yang melakukan Thudong akan tiba di Candi Borobudur pada 20 Mei 2024,” katanya dalam konferensi pers, di Sarinah, Jakarta, Rabu, 8 Mei.

Hetty bilang, acara puncak Waisak sendiri akan diadakan pada 23 Mei 2024 dengan acara Kirab Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, peringatan detik-detik Waisak, pradaksina Candi Borobudur, dan pelepasan lampion Waisak.

“Serta melakukan mindful walking meditation yaitu merasakan kesakralan Candi Borobudur melalui pradaksina dan meditasi yang bisa diikuti oleh masyarakat umum di 24 hingga 25 Mei 2024,” jelasnya.

Lebih lanjut, Hetty bilang perayaan Waisak di Candi Borobudur rencananya akan dihadiri ribuan pengikut dari tiga aliran besar yakni Mahayana, Theravada, dan Tantrayana. Setiap aliran menyelenggarakan acara spiritual dan budaya di kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Candi Borobudur.

“Rangkaian kegiatan Waisak di Candi Borobudur dan sekitarnya akan dilaksanakan secara hybrid (offline dan online). Panitia juga akan menyiapkan multimedia agar dapat disaksikan di seluruh dunia secara online melalui platform YouTube DPP WALUBI,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Panitia Nasional Waisak YM Bhikkhu Dhammavuddho Thera mengatakan, perayaan Waisak di Candi Borobudur selalu menjadi penuh makna.

Dia menambahkan, Waisak di Candi Borobudur lebih harmonis karena tidak hanya umat Buddha saja yang ikut merayakan, namun para umat dari agama lain juga dapat mengikuti dan merasakan atmosfer perayaan Waisak.

“Bhante tetap memilih Candi Borobudur sebagai peringatan Waisak karena Candi Borobudur jauh lebih megah, lebih rapih, lebih agung dan lebih indah,” ujarnya.

“Di situ kami menyadari bahwa Indonesia itu benar-benar negara yang penuh dengan toleransi,” sambungnya.