7,2 Juta Orang RI Nganggur, Kemenperin Harapkan Investasi Mampu Serap Tenaga Kerja
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,20 juta orang per Februari 2024. Jumlah orang yang menganggur ini tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2013, yakni sebanyak 7,99 juta orang.
Sekretaris Jenderal Kemenperin Eko S.A. Cahyanto mengatakan, pihaknya mendorong serapan tenaga kerja di industri dengan cara menyerap lebih besar investasi yang masuk.
"Yang kami dorong untuk lebih besar serapan tenaga kerja paling cepat adalah investasi baru. Itu langsung, direct. Kami tidak membedakan apakah itu padat modal atau padat karya," kata Eko saat media gathering di Kantor Kemenperin, Jakarta, dikutip Rabu, 8 Mei.
Diketahui, investasi manufaktur pada kuartal-II 2024 sebesar Rp161,1 triliun. Angka ini melanjutkan tren penurunan dari realisasi kuartal III-2023 sebesar Rp163,7 triliun dan kuartal-IV 2023 sebesar Rp162,3 triliun.
Eko menilai, selain investasi di sektor industri manufaktur, ekspansi yang dilakukan industri juga bisa menjadi pendorong meningkatnya serapan tenaga kerja.
"Setelah ada investasi baru, kemudian ekspansi. Itu serapannya bisa besar. Yang sudah eksisting itu yg perlu di-maintenance," ujarnya.
Sementara untuk menyiapkan SDM, Kemenperin memiliki program vokasi. Kemenperin memiliki program Jalur Penerimaan Vokasi Industri (JARVIS) untuk menyerap calon siswa dan mahasiswa yang akan mengikuti pendidikan di satuan-satuan pendidikan vokasi di lingkungan Kemenperin.
Baca juga:
Pada tahun ini, Kemenperin meningkatkan kuota penerimaan siswa dan mahasiswa baru melalui JARVIS menjadi sebanyak 879 orang atau meningkat 13,3 persen dibandingkan 2023. Kuota JARVIS pada SMK sebanyak 2.730 orang, sedangkan pada politeknik/akademi komunitas memiliki kuota JARVIS sebanyak 4.796 orang.
Satuan pendidikan Kemenperin sendiri memiliki serapan lulusan yang tinggi ke industri serta telah menorehkan berbagai prestasi. Untuk lulusan 2023, saat ini serapannya tercepat mencapai 93,8 persen untuk SMK dan 86 persen untuk politeknik, yakni dalam waktu lebih kurang lima hingga enam bulan setelah wisuda.
"Kalau ada investasi baru dia komitmen masuk, SDM kami siapkan dari sekarang. Kalau kami enggak siapkan ketika mulai (produksi), SDM enggak tersedia," imbuhnya.