Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 7,2 juta orang angkatan kerja tak memiliki pekerjaan alias menganggur. Jutaan angaktan kerja tersebut menganggur karena tidak terserap pasar kerja.

Lalu, bagaimana upaya Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) untuk menekan pengangguran angkatan kerja ini?

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengaku memiliki cara untuk menekan jumlah pengangguran angkatan kerja. Kata dia, caranya adalah melakukan pembangunan secara terus menerus pada sisi supply dan demand pasar tenaga kerja.

Pada sisi demand, sambung Ida, pemerintah harus bisa menciptakan iklim investasi yang baik dan kompetitif.

“Jika iklim investasinya baik, kompetitif, dan kondusif, maka kesempatan kerja akan semakin besar,” katanya saat dihubungi VOI, di Jakarta, ditulis Selesa, 7 Mei.

Sedangkan dari sisi supply, sambung Ida, pemerintah harus menyiapkan sember daya manusia (SDM) terampil yang sesuai dengan kebutuhan demand, yakni dunia usaha dan dunia industri.

“Sehingga sisi supply and demand ini harus matching. Tujuannya agar SDM-SDM kita ini terserap dunia kerja,” tuturnya.

Sebelumnya, Ida bilang Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mengalami penurunan sejak pandemi COVID-19. Bahkan, di bulan Februari lalu TPT tercatat turun sebanyak 0,63 persen.

Jika melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), sambung Ida, tren TPT Indonesia memang terus mengalami penurunan setiap periodenya. Pada Februari 2023, TPT tercatat sebesar 5,45 persen dan pada periode Februari 2024 ini TPT sebesar 4,82 persen atau turun 0,63 persen.

“Perlu dicatat bahwa TPT sebesar 4,82 persen ini menjadi TPT terendah sejak pandemi, dan lebih rendah dibandingkan TPT terakhir sebelum pandemi, di mana TPT pada Februari 2020 saat itu masih sebesar 4,99 persen. Jadi bisa dikatakan ini adalah TPT terendah sejak era reformasi,” katanya.

Meski tren TPT mengalami penurunan sejak pandemi COVID-19, sambung Ida, tetap perlu diingat bahwa dalam TPT sebesar 4,82 persen tersebut terdapat jumlah pengangguran sebanyak 7,2 juta orang.

“Artinya, PR kita juga masih banyak,” tuturnya.