Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, ada sekitar 91 smelter yang dimiliki Indonesia saat ini.

Dari jumlah tersebut, 48 di antaranya telah resmi beroperasi.

"Berdasarkan data Kementerian Perindustrian per 1 Februari 2023, terdapat 91 smelter di Indonesia. Rinciannya 48 sudah beroperasi dan lainnya tahap feasibility study atau konstruksi," kata Agus dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa, 14 Februari.

Agus menyebut, Sulawesi Tengah menjadi daerah dengan jumlah smelter terbanyak, yakni 25 smelter.

Kemudian, posisi kedua terbanyak di Maluku, dengan total 22 smelter, Sulawesi Utara 12 smelter, dan Kalimantan Barat sebanyak 10 smelter.

"Ada 34 smelter terletak di berbagai provinsi di seluruh Indonesia," ujarnya.

Menurut Agus, pembangunan smelter tengah digenjot pemerintah untuk hilirisasi.

Saat ini, komoditas yang menjadi fokus Kemenperin di antaranya berbasis bijih tembaga, berbasis biji besi, pasir besi, industri nikel untuk bahan baku baterai, industri berbasis bauksit, serta industri berbasis monosit.

"Adapun sumber potensial lainnya, seperti logam tanah," jelasnya.

Agus menambahkan, sebanyak 48 smelter yang telah beroperasi turut menyumbangkan investasi ke negara dan menyerap tenaga kerja yang cukup signifikan.

Pertama, smelter nikel yang memiliki kapasitas produksi 262.560 ton dengan total investasi mencapai Rp5,55 triliun dan penyerapan tenaga kerja hingga 2.337 orang.

"Smelter besi baja kapasitas produksi 1,6 juta ton dengan total investasi dikeluarkan Rp15,96 triliun, penyerapan tenaga kerja 2.729 orang. Smelter tembaga kapasitas produksi 150.000 ton dengan investasi Rp266 miliar, penyerapan tenaga kerjanya 525 orang," ungkapnya.

"Terakhir, smelter aluminium kapasitas produksi 544.563 ton, investasi yang sudah masuk Rp15,66 triliun dan penyerapan tenaga kerja 1.893 orang," pungkasnya.